BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bernafas, merupakan suatu proses dimana oksigen dihirup dan karbondioksida dilepeaskan...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bernafas, merupakan suatu proses dimana oksigen dihirup dan
karbondioksida dilepeaskan keluar. Proses pernafasan yang normal, itu jika
tidak ada halangan dalam bernafas. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan sistem
pernafasan dapat mengganggu dalam proses bernafas. Sebagai contoh kasus
faringitis.
Faringitis
yang lebih sering dikenal dengan radang tenggorokan memangterdengar sangat
sepele karena gejalanya mirip dengan penyakit flu biasa, sepertidemam, sakit
kepala, dan gangguan susah menelan. Padahal aktivitas kita sudah pastiakan
terganggu karena faringitis ini. Selain itu, selera makan pun bisa hilang
karena rasa sakit pada saat menelan dan penyakit ini sangat mudah kembali
menyerang kita. Lebih lanjut lagi jika faringitis ini dibiarkan, maka dapat
menyebabkan komplikasiperikontiniutatum dan sistem blood borne yang dapat
menyebabkan kematian.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin,
tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut
jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan
mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir
masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis
jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit
ini.
Berdasarkan uraian diatas tentang faringitis diatas, kelompok
tertarik untuk membahas tentang faringitis tersebut secara lebih mendalam dalam
sebuah makalah sehingga mahasiswa dan mahasiswi agar mengetahui bagaimana jika
terjadi faringitis pada dirinya maupun jika mendapatkan klien dengan gangguan faringitis
dapat melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan baik dan benar.
1
|
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah :
1.
Tujuan Umum
Untuk
memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan faringitis.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
tentang anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
b. Mengetahui konsep dasar faringitis
c. Mengetahui secara rinci tentang asuhan keperawatan klien dengan
faringitis mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
C.
Ruang
Lingkup Penulisan
Pada
makalah ini, kelompok membatasi ruang lingkup penulisan yaitu konsep dasar
tentang faringitis dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan faringitis.
D.
Metode
Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
menggambarkan konsep dasar tentang faringitis dan asuhan keperawatan klien
dengan gangguan faringitis.
E.
Sistematika
Penulisan
Penulisan
makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :
BAB I :
Pendahuluan : latarbelakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, sistematika penulisan,
BAB II :
Tinjauan teoritis : anatomi fisiologi sistem pernafasan , konsep dasar penyakit
faringitis
BAB III :
Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem respirasi : faringitis
BAB IV : Penutup : kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Anatomi Fisiologi
Sistem Pernafasan
1.
Anatomi
Fisiologi Sistem Pernafasan secara umum
Pernafasan ( respirasi
) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar tubuh. Pengisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi. Oksigen dan karbondioksida itu di proses dalam organ
pernafasan.
Bagian – bagian ( organ
) dari pernafasan terdiri dari :
a.
Saluran nafas
atas ( hidung, sinus paranasal dan faring)
b.
Saluran nafas
bawah ( laring, trakea, bronkus, bronkeolus, dan alveolus )
3
|
Fungsi paru – paru
ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Dalam bernafas, semua organ –
organ dalam sistem pernafasan berfungsi diantaranya :
a.
Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama yang
mempunyai dua lubang ( kavum nasi ), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi
). Didalamnya terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran yang masuk ke lubang hidung.
b.
Sinus paranasal
Terdiri dari sinus frontalis, etmoidalis,
sphenoidalis dan maxillaris yang bermuara di rongga hidung. Sinus paranasal ini
berfungsi untuk membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat
tulang tengkorak, dan mengatur bunyi suara dengan ruang – ruang resonansi.
c.
Faring
Faring / tekak merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernafasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring
berfungi untuk menelan dan respirasi.
d.
Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran
udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya.
Pangkal tenggorok itu dapat ditutup oleh sebuah empeng tenggorok yang disebut
epiglotis yang terdiri dari tulang – tulang rawan yang berfungsi pada waktu
kita menelan makanan menutupi laring. Laring berfungsi untuk pembentukan suara.
e.
Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari
laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang – tulan
grawan yang terbentuk seperti kuku kuda. Terdapat sel bersillia yang berfungsi
untuk mengeluarkan benda – benda asing yang masuk bersama – sama dengan udara
pernafasan.
f.
Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan
dari trakea, mempunyaistruktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dari bronkus kiri terdiri 6 – 8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari kanan
terdiri dari 9 – 12 cincin mempunyai 2 cabang.
2.
Anatomi
Fisiologi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang
bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah.
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi
servikal ke-6. Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan
laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan
esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14
cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring
dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler,
pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Faring
terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur
faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot. Bentuk mukosa
faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada
nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan
epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu
orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya
gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak
sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk
dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga
daerah pertahanan tubuh terdepan.
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang
diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir
yang terletak atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke
belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang
terbawa oleh udara yang diisap. Palut ini mengandung enzim Lyzozyme yang
penting untuk proteksi.
Otot
faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring
superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk
kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari
belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini
dipersarafi n.vagus (n.X). Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan
m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik
rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan
bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator.
Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stiofaring dipersarafi oleh
n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X (Rusmarjono,et.al., 2001)
B.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Pengertian Faringitis
Beberapa definisi tentang faringitis :
a.
Faringitis
adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan yang disebabkan
oleh virus / bakteri tertentu ( diunduh dari wikipedia.org, tanggal 20 November
2011 )
b.
Menurut
Ngastiyah ( 2005 ) Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan
oleh virus dan bakteri
2.
Klasifikasi
Faringitis
Faringitis
dibagi menjadi 2 yaitu akut dan kronis.
a.
Faringitis akut
Faringitis
akut adalah inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus
hampir 70% ( Brunner & Suddart 2002 : 548 ).
b.
Faringitis
kronik
Faringitis
kronik umum terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam
lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik
dan penggunaan alkohol dan tembakau.
C.
Etiologi
Etiologi dari faringitis menurut Brunner dan Suddart
( 2002 ) :
1.
Faringitis akut
Faringitis
akut bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
a.
Virus
(yaitu rhinovirus, adenovirus, parainfluenza, coxsackievirus, Epstein – Barr
virus, herpes virus).
b.
Bakteria
(yaitu, grup A ß-hemolytic Streptococcus [paling sering]), Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria
gonorrhoeae
2.
Faringitis
Kronik
Faringitis
kronik biasa disebabkan oleh :
a.
Lingkungan yang
berdebu
b.
Penggunaan
alkohol dan tembakau
D.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dibagi menjadi akut dan kronik.
1.
Manifestasi
Klinis akut
Manifestasi
klinis faringitis akut terdiri dari :
a.
Membran mukosa
sangat merah
b.
Tonsil berwarna
kemerahan
c.
Folikel limfoid
membengkak dan dipenuhi eksudat
d.
Demam
e.
Malaise
f.
Serak
g.
Batuk
Infeksi virus tidak terkomplikasi
biasanya hilang dengan segera, dalam 3 – 10 hari. Namun faringitis yang
disebabkan oleh bakteri yang lebih virulen misalnya streptokokus group A adalah penyakit yang lebih parah selama fase
akut, dan jauh lebih penting karena insiden dari bahaya komplikasi.
2.
Manifestasi
Klinis Kronik
Manifestasi
klinis faringitis kronik terdiri dari :
a.
Iritasi
b.
Lendir yang
terkumpul dalam tenggorokan
c.
Kesulitan
menelan
E.
Patofisiologi
Penularan
terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel
atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
F.
Komplikasi
Ada
beberapa komplikasi yang dapat disebabkan diantaranya :
1.
Otitis media
purulenta bakterialis
Daerah
telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2.
Abses
Peritonsiler
Sumber
infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
3.
Glomerulus Akut
Infeksi
Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal.
Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan
autoimun yang merusak glomerulus.
4.
Demam Reumatik
Infeksi
streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan menyebabkan
peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama
pada katup mitral dan aorta.
5.
Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.
6.
Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pada pemeriksaan
dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis,
terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
2.
Pemeriksaan
Biopsi
Contoh
jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar
faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa
dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3.
Pemeriksaan
Sputum
Pemeriksaan
sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
4.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Sel darah putih
(SDP)
Peningkatan
komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
b.
Analisa Gas
Darah
Untuk
menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar
paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
H.
Penatalaksanaan Medis
Menurut Brunner dan Suddart ( 2002 ),
penatalaksanaan medis untuk penderita faringitis adalah :
1.
Penatalaksanaan
medis
a.
Faringitis akut
1)
Jika penyebab peradangan
itu adalah bakteri, maka pengobatan dapat mencakup agens antimikrobial
2)
Untuk
streptokokus grup A : penicillin
3)
Perbanyak minum
air minimal 2 – 3 liter sehari
4)
Jika penyebabnya
virus, diberikan aspirin / asetaminofen cairan dan istirahat baring
b.
Faringitis
kronik
1)
Efineprin sulfat
2)
Fenilefrin
hidroklorida
3)
Drixoral
4)
Dimentapp
I.
Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Faringitis
Asuhan keperawatan
klien dengan gangguan faringitis secara teoritis :
1.
Pengkajian
a.
Data Dasar
1)
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
2)
Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
b.
Riwayat Keperawatan, meliputi :
Riwayat Kesehatan Sekarang Mengkaji data subjektif
yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
1)
Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan
sakit saat menelan
2)
Keluhan utama
a)
Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada
daerah leher
b)
Pasien mengatakan mual dan muntah
c)
Pasien mengatakan sakit saat menelan
3)
Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri di leher
c.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji
apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan
dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan
pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani
perawatan di RS.
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji
apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama
e.
Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji
orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien
terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap
stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia
saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
f.
Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dikaji 14 kebutuhan
dasar manusia menurut Handerson, seperti :
1)
Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
2)
Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3)
Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya)
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya)
4)
Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
5)
Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam
melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah
setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
6)
Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur
akibat penyakitnya, misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa
nyeri di leher.
7)
Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum
pasien, apakah pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi
pasien mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan,
wajahnya pucat atau tidak.
8)
Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila
perlu libatkan keluarga pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya
saat mandi dan sebagainya.
9)
Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan
gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah
(dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi,
lamanya dan skala nyeri).
10)
Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat
ditemani keluarganya selama di RS.
11)
Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga,
petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
12)
Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
13)
Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan
lain yang ia senangi.
14)
Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
g.
Pengkajian Fisik, meliputi :
1)
Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh,
warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS).
2)
Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu,
nadi, tekanan darah, dan respirasi).
3)
Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada
bagian leher.
4)
Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan
laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi.
2.
Diagnosa
keperawatan
a.
Nyeri akut
berhubungan dengan inflamasi
b.
Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
c.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
3.
Rencana Asuhan
Keperawatan
a.
Nyeri akut
berhubungan dengan inflamasi
1)
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang
dengan skala hasil 1 – 3
2)
Kriteria Hasil :
a)
Laporkan
frekuensi nyeri
b)
Kaji frekuensi
nyeri
c)
Lamanya nyeri
berlangsung
d)
Ekspresi wajah
terhadap nyeri
e)
Kegelisahan
f)
Perubahan TTV
3)
Intervensi :
a)
Kaji secara
menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor
penyebab.
b)
Observasi
isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi
secara efektif.
c)
Gunakan tindakan
lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk mengurangi sakit tenggorok.
d)
Kolaborasi
Berikan analgetik dengan tepat.
e)
Berikan
informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
f)
Ajarkan teknik
non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi musik, distraksi)
b.
Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
1)
Tujuan :
Pola nafas efektif ditujukkan
dengan tidak ada benda asing / peradangan di saluran nafas atas
2) Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas
bersih
b) Tidak ada dipsneu
c) Tidak ada pembesaran pada peradangan
3) Intervensi :
a)
Kaji frekuensi
atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
b)
Auskultasi area
paru, catat area penurunan udara
c)
Kaji vital sign
dan status respirasi.
d)
Kolaborasi
pemberian oksigen
e)
Kolaborasi
pemberian antibiotik
c.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan
1)
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.
2)
Kriteria Hasil
a) Mempertahankan
pemasukan nutrisi
b) Mempertahankan
berat badan
c) Melaporkan
keadekuatan tingkat energi
d) Daya
tahan tubuh adekuat
3)
Intervensi :
a)
Kaji status nutrisi pasien
b)
Ketahui makanan kesukaan pasien
c)
Anjurkan pasien makan sedikit demi
sedikit tapi sering
d)
Kaji membran mukosa dan turgor kulit
setiap hari untuk monitor hidrasi
e)
Timbang BB pada interval yang tepat
f)
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diet yang sesuai
BAB III
KASUS
Pada bab ini kelompok menyajikan laporan kasus
yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Gangguan Sistem Pernafasan Faringitis yang dirawat di
Ruang Anggrek RSUD Sehat Bersama Pontianak.
A. Pengkajian
- Identitas Klien.
N a m a :
Tn. H.
U m u r :
40 Tahun.
A g a m a :
Islam.
Bangsa/Suku : Indonesia/Melayu.
Pendidikan : Tamatan SMA.
Pekerjaan :
Swasta ( pedagang )
Status Perkawinan :
Sudah Menikah
A l a m a t : Jalan batu sehat, gg bersama
R u a n g : Anggrek
N0. RM : 529867.
Tanggal Masuk : 11 – 11 – 2011.
Tanggal Pengkajian : 12 – 11 – 2011
Dx. Medis : Faringitis.
Penanggung Jawab :
Istri Tn. H
|
- Riwayat Kesehatan Klien.
a.
Kesehatan Masa Lalu.
Klien
biasanya hanya demam, batuk, dan pilek dan sembuh setelah minum obat dari
warung dan puskesmas.
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang.
1)
Keluhan utama/alasan
masuk rumah sakit.
Pada tanggal 11 November 2011 klien datang ke RS dengan keluhan demam tinggi, sakit kepala, sakit pada tenggorok selama 2 hari, dan batuk.
2)
Keluhan waktu di data.
Pada saat dikaji data yang didapatkan adalah :
Klien sakit kepala, batuk, demam tinggi, mialgia , sakit
/ nyeri di bagian tenggorokan dan sulit untuk menelan. Terlihat klien meringis
kesakitan, lemah, dan terbaring bedrest dan juga terdapat radang pada tenggorok
klien.
P :
Pada saat menelan
Q : Ditusuk – tusuk
R : Tenggorok
S : 4-6
T : Intermitten
Hasil pemeriksaan saat auskultasi
menunjukkan Ronchi -/- dan TTV :
TD : 120 / 90 RR : 28x / m
S : 380C N : 90x / m
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut istri klien didalam keluarganya
tidak terdapat keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Diabetes
Melitus, Hipertensi dan Jantung.
- Struktur Keluarga / Genogram
|
Keterangan :
: Laki – Laki
:
Perempuan
: Klien
X : Meninggal
-------- : Tinggal Serumah
- Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien makan 3-4 kali /hari dengan
menu bervariasi nasi, lauk dan sayur.
Klien tidak mempunyai pantangan dalam makanan.
Saat sakit : Klien
makan 3 kali/hari dengan menu bubur yang
disediakan di rumah sakit. Klien dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan RS.
b. Pola minum/cairan
Sebelum sakit : Klien minum ± 1500 – 2000 cc/hari
dengan
jenis air
putih
Saat sakit : Klien minum ± 500 – 1000
cc/hari dengan jenis air putih
c. Pola Eliminasi.
Sebelum sakit : Klien BAB 1- 2 kali/hari dengan konsistensi lunak, berwarna
kuning kecoklatan dan berbau khas tanpa tanpa ada keluhan
Klien BAK 6 – 7 kali/hari warna urine kuning
jernih, tidak ada keluhan
Saat sakit : Klien sudah 3 hari tidak BAB
Klien BAK 4 – 5 kali / hari
dengan warna urine kuning jernih, saat dikaji
sebanyak 300cc
d. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Klien tidur ± 7 – 8 jam /hari dengan
menggunakan bantal dan penerangan
yang cukup. Klien kadang – kadang tidur siang
Saat sakit : Klien bisa tidur ± 5 – 6 jam /hari. Jika dibantu dengan obat-obatan.
e. Pola kebersihan
Sebelum sakit : Klien mandi 2 kali/hari dengan
menggunakan sabun, gosok gigi dan mencuci rambut setiap kali mandi, potong kuku
jika tampak panjang.
Saat sakit : Klien mandi 1 kali/hari dengan
diseka istrinya, klien selama di RS
jarang menggosok gigi, cuci rambut 3 hari sekali, dan potong kuku jika panjang.
f. Pola
aktivitas
Sebelum sakit
: Klien dapat beraktivitas secara
mandiri.
Saat sakit : Klien berbaring
ditempat tidur, bedrest, semua kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan
perawat
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
: Lemah.
b. Tingkat kesadaran : Compos mentis. GCS= E: 4. M: 6.V:
c. TTV : TD : 120/90mmHg Nadi :90 x/menit
Suhu : 38 °C RR :28 x/menit.
d. Kepala, Leher dan Axilla.
Kepala : Pada saat di Inspeksi rambut berwarna hitam, distribusi
merata, tidak tampak lesi,
saat di palpasi tidak terdapat
benjolan
Leher : Pada saat di inspeksi tidak tampak pembesaran vena
jugularis dan pembengkakkan
kelenjar tiroid, tidak terdapat lesi. Pada saat dipalpasi tidak teraba
benjolan pada leher. Leher klien kaku,
extensi abnormal
Axilla : Pada saat di inspeksi kebersihan kurang, tidak tampak lesi
dan tidak tampak pembesaran kelenjar getah
bening.
e. M a t a.
Bentuk simetris, sklera tidak
ikteri, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, lingkaran mata tampak cekung,
klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
f. Telinga.
Bentuk simetris, pendengaran baik ditandai
dengan klien dapat sedikit menganggukkan kepalanya saat ditanya dan klien dapat
kontak mata saat diajak berbicara, tampak sedikit serumen. Klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
g. Hidung
Bentuk simetris, pernafasan
melalui hidung, mukosa merah muda, penciuman tidak dapat digali karena klien
mengalami Afasia.
h. Mulut dan Faring
Bentuk bibir simetris, bibir tampak kering,
gigi lengkap, mukosa lembab, terdapat peradangan di
tenggorok, dan eritema faring.
i. D a d a
1) Rongga thorax
Bentuk simetris, pergerakan
dada reguler RR: 28x/menit, tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
2) Paru-paru
Pada saat diauskultasi tidak
terdengar bunyi ronchi, wheezing, maupun stridor.
3) Jantung
Pada saat di auskultasi bunyi
jantung terdengar jelas S1 dan S2 reguler dan tidak terdengar bunyi tambahan S3
dan S4
4) Payudara
Bentuk simetris, tidak
terdapat benjolan
j.
Abdomen :
Kuadran I
: Bentuk simetris, tidak terdapat
lesi tidak terdapat
pembesaran hati,
terdengar bunyi dulnes.
Kuadran II : Bentuk simetris, saat dipalpasi klien
dapat merespon nyeri klien tampak meringis, saat di perkusi terdengar bunyi
timpani.
Kuadran III
: Tidak tampak lesi, tidak teraba
ginjal bising usus
3kali/menit. Nyeri
tekan saat di palpasi klien meringis
Kuadran IV
: Tidak tampak lesi, tidak
teraba ginjal, terdapat
nyeri tekan
k. Punggung :
Tidak terdapat kelainan
bentuk pada punggung klien.
l.
Genetalia
dan Rektum :
Kebersihan
cukup, pada rectum tidak terdapat hemoroid.
m.
Ekstremitas :
Atas : Bentuk simetris, klien dapat
menggerakkan kedua
tangannya, klien tampak lemah.
Bawah
: Bentuk simetris, klien dapat menggerakkan kedua
kakinya,
Kekuatan Otot : 4 4
4 4
7.
Data Psikologis
a.
Status emosi
Emosi klien kurang stabil
ditandai dengan klien selalu menangis bila disapa.
b.
Konsep diri
Klien seorang kepala keluarga
yang masih diperdulikan oleh keluarganya.
c.
Gaya Komunikasi
Klien berkomunikasi dengan bahasa melayu dan perawat mengerti.
d.
Pola Interaksi :
Klien mangatakan pola interaksi klien pada saat sehat sangat baik, karena
banyak sekali teman yang dekat dengan nya ditandai dengan
banyaknya teman yang menjenguknya.
e.
Pola Koping :
Klien mengatakan setiap ada masalah klien selalu bercerita kepada orang
tuanya.
8.
Data Sosial
a.
Pendidikan dan
Pekerjaan
Klien tamatan SMA dan bekerja sebagai pedagang ( swasta ).
b.
Hubungan sosial.
Hubungan sosial klien
sangat baik, klien sering berinteraksi dengan warga ditempat tinggalnya.
c.
Faktor sosio kultural
Klien bersuku melayu, didalam melakukan tindakan keperawatan tidak ada
yang bertentangan dengan kebudayaan klien.
d.
Gaya hidup
Klien tidak pernah merokok dan meminum alkohol.
9.
Data Spiritual
Klien beragama islam, sebelum sakit klien melakukan sholat 5 waktu. Saat sakit klien
hanya dapat berdoa untuk kesembuhannya dan jarang sholat 5
waktu.
10. Data Penunjang
Rontgen Torax Tidak tampak pembesaran jantung
CT
Scan (-) Tidak tampak kelainan.
Rontgen Tulang Belakang (-) Tidak
tampak osteolitis.
Hasil laboratorium Tanggal 11 November 2011
Hb 10,8 Nilai
Normal 14 – 18 g/dl.
Leukosit 12.000 Nilai Normal 4500 – 11.000 g/dl.
Trombosit
` 203 Nilai Normal 150 – 440 m/dl.
11. Pengobatan
Oral :
a)
Penicillin (125-250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b)
Obat kumur hangat
B. ANALISA DATA
Data Senjang
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS:
- ¨klein mengatakan
sakit / nyeri dibagian tenggorok sejak 2 hari¨
P : Pada saat
menelan
Q : Ditusuk –
tusuk
R : Tenggorok
S : 4-6
T : Intermitten
DO :
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak lemah
- TTV :
TD : 120 / 90
RR : 28x / m
S : 380C
N : 90x / m
DS :
-
Klien mengatakan sering
batuk
-
Klien mengatakan gatal pada
tenggorokannya
DO :
-
Klien tampak batuk,
-
Tampak peradangan pada
tenggorok klien
-
TTV :
TD : 120 / 90
RR : 28x / m
S : 380C
N : 90x / m
DS :
-
Klien mengatakan sulit /
sakit saat menelan
DO :
-
Klien tampak meringis
kesakitan saat menelan
-
Klien tampak lemah
-
Membran mukosa pucat
-
BB sebelum sakit : 65kg
-
BB saat sakit : 52 kg
-
Hb : 10,8
|
Inflamasi
Obstruksi jalan nafas ( peradangan faring )
Kesulitan menelan
|
Nyeri akut
Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
C. RENCANA KEPERAWATAN
No
Dx
|
Tgl & Jam
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan &
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
11 November 2011
|
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi yang
ditandai dengan :
DS :
-
klein mengatakan sakit /
nyeri dibagian tenggorok sejak 2 hari
P : Pada saat
menelan
Q : Ditusuk –
tusuk
R : Tenggorok
S : 4-6
T : Intermitten
DO :
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak lemah
|
Nyeri teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x 24 jam dengan kriteria hasil:
DS :
-
klien mengatakan sakit / nyeri
dibagian tenggorok sudah berkurang
DO:
- klien tampak tenang
- keadaan klien tampak membaik
- TTV dalam rentang normal :
TD : 110 / 80
RR : 20x / m
S : 370C
N : 75x / m
|
1. Kaji secara
menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan
faktor penyebab.
2. Observasi isyarat non
verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara
efektif.
3. Gunakan tindakan lokal
(berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk mengurangi sakit tenggorok.
4. Kolaborasi Berikan
analgetik dengan tepat.
5. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur.
6. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide,
imagery, terapi musik, distraksi)
|
2.
|
11 November 2011
|
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas ( peradangan faring ) yang ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengatakan sering batuk
DO :
-
Klien tampak batuk,
-
Tampak peradangan pada
tenggorok klien
-
TTV :
TD : 120 / 90
RR : 28x / m
S : 380C
N : 90x / m
|
Pola nafas efektif ditujukkan
dengan tidak ada benda asing / peradangan di saluran nafas atas setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam dengan kriteria
hasil:
DS:
-
Klien mengatakan batuknya berkurang
-
Klien mengatakan gatal pada
tenggorokannya berkurang
DO :
- Batuk klien tampak berkurang
- peradangan taampak berkurang
-
TTV dalam rentang normal :
TD : 110 / 80
RR : 20x / m
S : 370C
N : 75x / m
|
1. Kaji frekuensi atau
kedalaman pernapasan dan gerakan dada
2. Auskultasi
area paru, catat area penurunan udara
3. Bantu pasien latihan
nafas dalam dan melakukan batuk efektif.
4. Berikan posisi semifowler
dan pertahankan posisi klien
5. Kaji vital sign dan
status respirasi.
6. kolaborasi pemberian antibiotik
|
3.
|
11 November 2011
|
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan yang ditandai
dengan :
DS :
-
Klien mengatakan sulit /
sakit saat menelan
DO :
-
Klien tampak meringis
kesakitan
-
Klien tampak lemah
-
Mukosa klien pucat
-
BB sebelum sakit : 65kg
-
BB saat sakit : 52 kg
-
Hb : 11,5
|
Klien menelan dengan baik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan
kriteria hasil:
DS :
-
dapat menelan dan tidak
sakit
DO :
- Klien tampak tenang saat menelan
- klien tampak membaik
- mukosa klien lembab dan berwarna putih kemerahan
- BB : 54 kg
- Hb : 12
|
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Ketahui
makanan kesukaan pasien
3. Anjurkan
pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
4. Kaji
membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi
5. Timbang
BB pada interval yang tepat
6. Kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai
|
D.
|
Pelaksanaan keperawatan adalah
tindakan keperwatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistematis
berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Apabila
tindakan keperawatan dilakukan bersama dengan pasien dan atau keluarga
hendaknya penjelasan diberikan terlebih dahulu mencakup tindakan yang akan
dilakukan dan bantuan yang diharapkan dari pasien atau keluarganya. Juga
apabila tindakan keperawatan dilakukan oleh beberapa orang tenaga perawat
hendaknya tindakan yang akan dilakukan didiskusikan terlebih dahulu.
Adapun pelaksanaan yang dilakukan
pada pasien yang hipertensi adalah disesuaikan dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat berdasarkan prioritas yag timbul.
E.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil
keputusan dalam rangka memberi nilai terhadap suatu (orang, benda, fakta).
Dalam
konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses keperawatan,
mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan menunjukan perkembangan
pasien terhadap pencapaian tujuan.
Dari
masalah yang timbul pada pasien dengan faringitis, maka hasil yang diharapkan pasien akan
:
a.
Mempertahankan TD dalam rentang
individu yang dapat diterima.
b.
Menunjukkan penurunan dalam skala nyeri
c.
Menunjukkan bernafas dengan normal.
d.
Menunjukkan perubahan pola
makan.
COMMENTS