ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI : RHINITIS

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, dan sist...



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, dan sistem ini terdiri dari beberapa organ untuk menjalankan sebuah sistem tersebut. Tapi bagaimana apabila beberapa atau salah satu dari organ tersebut mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari kerja sistem pernafasan. Dan salah satu dari penyakit yang menyerang salah satu dari organ dari sistem pernafasan tersebut tersebut adalah rhinitis, yang menyerang pada organ saluran pernafasan atas yaitu hidung.
Rhinitis berasal dari kata “rhino” yang artinya hidung, dan “itis” yang artinya peradangan. Jadi rhinitis adalah gangguan peradangan pada selaput mukosa/lendir hidung.Sebagian besar rhinitis disebabkan oleh proses alergi, namun rhinitis bisa juga disebabkan karena hipersensitivitas saraf-saraf di sekitar hidung, misalnya terhadap perubahan cuaca, perubahan kelembaban udara, dan lain-lain. Rhinitis jenis ini disebut rhinitis vasomotor. Rhinitis jenis ini tidak mempan diobati dengan obat anti alergi. (Zullies Ikawati, 2010 )
Alergi hidung termasuk rhinitis didalamnya, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di tempat lain, prevalensinya terlihat lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Di Indonesia sendiri, angka kejadian rhinitis alergi yang pasti belum diketahui karena sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian multisenter. Prevalensi rhinitis alergi perenial di Jakarta besarnya sekitar 20 %, sedangkan menurut Sumarman dan Haryanto, di daerah padat penduduk kota Bandung menunjukkan 6,98 %, di mana prevalensi pada usia 12-39 tahun. Berdasarkan survei dari ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in Childhood), pada siswa SMP umur 13-14 tahun di Semarang tahun 2001- 2002, prevalensi rinitis alergi sebesar 18%. (Faculty of Medicine-University of Riau, 2010 ).
Bagaimana pun juga, rhinitis harus dipikirkan sebagai keadaan yang cukup serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita akibat beratnya gejala yang dialami dan juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Penderita akan mengalami keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari, sering meninggalkan sekolah atau pekerjaannya, dan menghabiskan biaya yang besar bila menjadi kronis. Di Amerika Serikat rinitis alergik misalnya mengakibatkan kehilangan 811.000 hari kerja setiap tahun (krouse , 2008). Karyawan penderita alergi yang masuk kerja produktivitasnya menurun akibat gejala penyakit maupun pengaruh efek samping terapi. Mereka mengeluh mudah lelah, sulit berkonsentrasi dan sakit kepala. Begitu pula bagi para kalangan belajar, gejala-gejala yang timbul dari rhinitis ini akan mengakibatkan sangat terganggunya proses belajar mereka di sekolah.
Rhinitis juga dipengaruhi lingkungan dari faktor allergen. Penyakit ini masih sering disepelekan, untuk itu perlu diberikan beberapa informasi agar penderita tidak terlalu meremehkan dan dapat mengetahui berbagai upaya untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.
Berdasarkan uraian diatas tentang rhinitis, kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rhinitis pada infeksi saluran pernafasan atas ini lebih mendalam dalam sebuah makalah sehingga mahasiswa dan mahasiswi agar mengetahui bagaimana jika terjadi infeksi saluran pernafasan atas berupa rhinitis pada hidungnya maupun jika mendapatkan klien dengan infeksi saluran pernafasan atas; Rhinitis dapat melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan baik dan benar.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit infeksi saluran pernfasan atas: Rhinitis dan memenuhi tugas mata kuliah sistem respirasi
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui tentang penyakit rhinitis
b.      Mengetahui perjalanan penyakit rhinitis
c.       Mengetahui komplikasi rhinitis 
d.      Mengetahui asuhan keperawatan penyakit rhinitis

C.    Ruang Lingkup Penulisan
Pada makalah ini, kelompok membatasi ruang lingkup penulisan yaitu konsep dasar tentang penyakit infeksi saluran pernafasan atas; rhinitis, yang terbagi atas rhinitis alergi dan rhinitis non-alergi, serta asuhan keperawatan klien dengan rhinitis.


D.    Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar tentang infeksi saluran pernafasan atas; Rhinitis dan asuhan keperawatan klien dengan penyakit rhinitis, dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa referensi baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media informasi online (internet).

E.     Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :
BAB I:            Pendahuluan : Latarbelakang, Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode penulisan, Sistematika penulisan,
BAB II:           Tinjauan teoritis : konsep dasar penyakit rhinitis, klasifikasi rhinitis alergi dan non-alergi, penyebab, manifestasi, patofisiologi, dan lain-lain.
BAB III:         Asuhan Keperawatan Klien dengan infeksi saluran pernafasan atas; rhinitis.
BAB IV:         Penutup : Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    ANATOMI & FISIOLOGI RESPIRASI










( Gambar. 2.1. Anatomi Pernafasan
  ( Sumber : Wirawan : 2010 )
Respirasi adalah sebuah proses pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel  dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.Menurut Price SA & Wilson LM, 1998, sistem respirasi ini terdiri dari:
1.      Saluran Nafas Bagian Atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaringdan   dilembabkan.
a.       Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami  tiga hal :
1)      Dihangatkan
2)      Disaring
3)      Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk,pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha.












Gambar. 2.2. Rongga Hidung
( Sumber :Price & Wilson 1998 )

b.  Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut denganfaring,terdapatpangkal lidah)
d.Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliranmakanan)
 2. Saluran Nafas Bagian Bawah
       Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas kealveoli.
a.       Laring
Terdiri dari tiga struktur yang penting
1)      Tulang rawan krikoid
2)      Selaput/pita suara
3)      Epilotis
4)      Glotis

b.      Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawanseperti hurufC.
Bagian belakang dihubungkan  oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.
c.       Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebutcarina.Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochuskiri terdiri dari : lobus superior dan inferior
d.      Alveoli
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
1)      Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
2)      Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant.
3)      Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel
4)      Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler,epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
e.       Paru
Merupakan  jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

B.     KONSEP DASAR PENYAKIT
Rhinitis adalah istilah medis yang menggambarkan iritasi dan peradangan daerah internal hidung. Gejala utama rhinitis adalah rhinore hidung. Ini disebabkan oleh peradangan kronis atau akut membran mukosa hidung oleh alergi, bakteri, atau iritasi.Peradangan mengakibatkan penghasilan jumlah lendir yang berlebihan, umumnya menghasilkan sekret, serta hidung tersumbat dan post-nasal tetes. (Behrman , 2000).

Rhinitis adalah suatu kondisi peradangan yang terjadi pada rongga hidung. Rhinitis dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu rhinitis alergi dan rhinitis non alergi.(dr. Lim Seh Guan , 2011)
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas tentang  rhinitis, dapat ditarik kesimpulan bahwa rhinitis adalah suatu penyakit yang terjadi pada membran mukosa internal hidung, yang disebabkan oleh alergi, bakteri, maupun lingkungan. Dan rhinitis terbagi atas dua macam, yaitu rhinitis alergi dan rhinitis non alergi.
1.      Rhinitis alergi
a.      Pengertian
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. ( Behrman,2000 )
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkansetiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 )















Gambar.2.3. Hidung normal dan rhinitis alergi
( Sumber : Nucleus Medical Art, Inc. : 2008 )


b.      Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1)      Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
a)      Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
b)      Pengobatan khusus
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.
Pemberian
antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoephedrine atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harusdiawasisecara ketat.
Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid.
Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan gejala, maka diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari.
2)      Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.
a)      Gejala
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
b)      Pengobatan khusus
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.
Pemberian
antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoefedrin atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroidper-oral (melalui mulut).
Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa memperburuk atau memperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.
Seseorang dapat mengalami rhinitis kombinasi antara dua jenis tersebut. Masih ada satu lagi jenis rhinitis alergi, yaitu : Rhinitis alergi occupational adalah Rhinitis yang terkait dengan pekerjaan. Paparan allergen didapat di tempat bekerja. Biasanya dialami oleh orang yang bekerja dekat dengan binatang. (Sheikh, 2008).
c.       Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
1)      Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
2)      Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya, allergen – allergen dari rhinitis alergi terbagi atas:
1)      Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
2)      Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
3)      Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
4)      Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.











Gambar. 2.4. Alergen dan alergi
( Sumber : Healtwise,Inc. , 2010 )
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1)      Respon Primer,terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2)      Respon Sekunder,reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3)      Respon Tersier ,Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
d.      Manifestasi Klinis
1)      Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersinlebih dari 6 kali).
2)      Hidung tersumbat.
3)      Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4)      Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5)      Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
e.       Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E.Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).

Skema. 2.1. Patofisiologi Rhinitis Alergi
Tepung sari
Antigen hewan
Spora jamur
Mukosa Hidung
Alergen yang larut dalam air
Epitel
Individu yang kecenderungan Atopik secara genetik
Produksi Imunoglobulin lokal
Pelepasan mediator sel mast
neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit
mukus
edema
radang
gatal
Vasodilatasi
Cemas
KetidakefektifanJalan Nafas

Gangguan Pola Istirahat
Gangguan Konsep Diri
 































(Sumber : Behrman , 2000 )
f.       Penatalaksanaan
1)      Hindari kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontakdengan alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan(alergimakanan).
2)      Simptomatik : Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dankortikosteroid
a)      Antihistamin
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oraldibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.
Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen. Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.
b)      Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan konseling bagi pasien.
Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun durasinya biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional karena mekanismenya berbeda.
c)      Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.
3)      Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalamihipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
4)      Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.

2.      Rhinitis Non Alergi
a.      Pengertian
Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif. (Behrman , 2000 )










Gambar. 2.5. nasal cavityrhinitis
( Sumber : allergyclinic : 2010 )
b.      Gejala
1)      Kongesti nasal
2)      Rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis)
3)      Gatal pada nasal
4)      Bersin-bersin
5)      Sakit kepala
c.       Terapi Medik
1)      Pemberian antihistamin
2)      Dekongestan
3)      Kortikosteroid topikal
4)      Natrium kromolin
d.      Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut :
1)      Rinitis vasomotor
a)      Pengertian
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergisehingga sulit untuk dibedakan.
b)      Etiologi
Menurut Mansjoer Arief pada buku kapita selekta kedokteran sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari rhinitis vasomotor ini, tetapi sejauh ini diduga akibat gangguankeseimbangan vasomotor.
Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
- Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
- Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
- Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
- Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang.
c)      Manifestasi klinis
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita)
d)     Patofisiologi
Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi kelenjar, sedangkan rangsangan saraf simpatis mengakibatkan sebaliknya.(Mansjoer Arief , 1993).






Skema. 2.2. Patofisiologi Rhinitis Vasomotor
Faktor endokrin

Faktor psikis

Obat2an yg menekan & menghambat kerja saraf simpatis


Faktor fisik
                                                             


Gangguan Keseimbangan Vasomotor
terlepasnya asetilkolin
permiabilitas kapiler
edema
mukus atau serosabanyak.

Dx. Gangguan Pola Istirahat
Dx. Cemas
Dx. Gangguan Konsep Diri
Dx. Ketidakefektifan Jalan Nafas
Dilatasi pembuluh darahkonka
rinorhea
Hidung tersumbat
sekresi kelenjar
Rangsangan saraf parasimpatis
 


























e)      Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaaan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret kulit tetapi jumlahnya sedikit. Tes kulit biasnya negatif.
f)       Penatalaksanaan
Di cari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan disingkirkan kemungkinana rhinitis alergi. Terapi bervariasi, tergantung faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara umum terbagi atas :
-          Menghindari penyebab
-          Pengobatan simtomatis, dengan obat dekongestan oral dankortikosteroid topikal
-          Operasi, dengan bedah beku, elektrokauter, atau konkotomi konkainferior
-          Neurektomi nervus vidianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika cara-cara di atas tidak berhasil. Operasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat.
g)      Pengobatan
Pengobatan Rinitis Vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam:
-          Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
-          Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
·         Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat. Contohnya: Pseudoephedrine dan Phenylpropanolamine (oral) serta Phenylephrine dan Oxymetazoline (semprot hidung ).
·         Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.
·         Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal : Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone
·         Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan utamanya.Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )
-          Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal ):
Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate)
Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)
Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )
Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy ).
2)      Rinitis Medikamentosa
a)      Pengertian
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).
b)      Gejala dan Tanda
Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.
c)      Terapi
-          Hentikan pemakaian obat tetes dan semprot hidung.
-          Untuk mengatasi sumbatan berulang, beri kortikosteroit secara penurunan bertahap dengan menurunkan dosis 5 mg setiap hari.(misalnya hari 1: 40 mg, hari 2: 35 mg dan seterusnya).
-          Obat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefredin). Apabila dengan cara ini tak ada perbaikan setelah 3 minggu pasien dirujuk ke dokter THT.
3)      Rhinitis Atrofi
a)      Pengertian
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.
b)      Etiologi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.
c)      Manifestasi klinis
Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.
d)     Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi darah. Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia hilang, metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar degenerasi dan atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.
e)      Penatalaksanaan
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan :
-          Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala hilang.
-          Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat
-          Vitamin A 3x50.000 unit selama 2 minggu
-          Preparat Fe
-          Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.
f)       Komplikasi
-          Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
-          Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
-          Sinusitis kronik
-          Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
g)      Discharge planning
-          Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan spt (debu,asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
-          Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
-          Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan.
-          Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
-          Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun terhadap hidung.
BAB III
     ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.    ANAMNESIS
a.       Umur , rhinitis bisa terjadi pada semua umur mulai dari anak-anak sampai usia lanjut.
b.      Riwayat penggunaan obat-obatan.
c.       Riwayat pekerjaan, pada pekerja yg rentan terhadap debu yang berhubungan dengan polusi udara.
d.      Kesehatan masa lalu
1)        Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma.
2)    Pernah mempunyai riwayat penyakit THT.
e.       Riwayat kesehatan sekarang
1)    Keluhanutama/alasanmasuk rumah sakit:
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
f.       Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota dan keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

g.   Riwayat Psikososial
1)     Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
2)    Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
h.   Pola fungsi kesehatan
1)    Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
a)      Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
2)    Pola nutrisi dan metabolisme :
a)    Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung


i.        Pola istirahat dan tidur
1)        Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
j.        Pola Persepsi dan konsep diri
1)        Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun
k.      Pola sensorik
1)   daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen, serous dan mukopurulen).

2.    PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik untuk rhinitis berfokus pada hidung, tetapi pemeriksaan wajah, mata, telinga, leher, paru-paru, dan kulit juga penting.
1)        Wajah
a) Allergic shiners, yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung.
b)  Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal case) yang melalui setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung ke atas dengan tangan.
2)      Hidung
Pada pemeriksaan hidung digunakan nasal speculum atau bagi spesialis dapat digunakan rhinolaringoskopi. Pada rhinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, bewarna pucat, disertai adanya secret encer yang banyak. Pada rhinitis alergi, mucus encer dan tipis. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis. Namun mukus yang kental, purulen dan bewarna dapat timbul pada rhinitis alergi. Periksa septum untuk melihat adanya deviasi atau perforasi septum yang dapat disebabkan oleh penyakit rhinitis alergi kronis, penyakit granulomatus. Periksa rongga hidung untuk melihat adanya massa seperti polip dan tumor. Polip berupa massa yang berwarna abu-abu dan tangkai.
3)       Telinga
Dengan otoskop perhatikan adanya retraksi membrane timpani. Kelainan mobilitas dari membrane timpani dapat dilihat dengan menggunakan otoskop pneumatic. Kelainan tersebut dapat terjadi pada rhinitis yang disertai dengan disfungsi tuba eustachius dan otitis media sekunder.
4)               Mata
Pada pemeriksaan mata akan ditemukan injeksi dan pembengkakan konjungtiva palpebra yang disertai dengan produksi air mata.
5)    Leher
Perhatikan adanya limfadenopatie.
6)     Paru-paru
Perhatikan adanya tanda-tanda asma.
7)       Kulit
Kemungkinan adanya dermatitis atopi.


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)         Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/adanya secret yang mengental.
b)     Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
c)     Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore.
d)   Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.












C.    INTERVENSI
Menurut Marilynn E. Doenges rencana keperawatan pada klien dengan rhinitis yang disertai dengan diagnosa keperawatan, tujuan dan kreteria hasil, rencana intervensi dan rasionalisme telah tercantum pada table di bawah ini.
Table 3.1
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Rencana Intervensi
Rasional
1
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/adanya secret yang mengental
Jalan nafas efektif Setelah dilakukan tindakan  keperawatan dalam waktu 2x24 jam
Ø Kaji penumpukan secret yang ada



Ø Observasi tanda-tanda vital



Ø Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian terapi obat simpatomimetik
Ø  Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
Ø   Sebagai langkah awal menilai permasalahan klien
Ø Obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat sehingga pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung.
2
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Gangguan tidur teratasi setelah dilakukan tindakan  keperawatan dalam waktu 2x24 jam
Ø  Kaji kebutuhan tidur klien.




Ø Ciptakan suasana yang nyaman.



Ø Anjurkan klien bernafas lewat mulut

Ø Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat  simpatomimetik
Ø  Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
Ø Situasi yang nyaman membuat klien dapat tidur dengan tenang
Ø  Pernafasan tidak terganggu.
4.     


Ø Obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat sehingga pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung.
3
Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan  keperawatan dalam waktu 1x24 jam
Ø  Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan

2.     
Ø  Ajarkan individu mengenai  sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
Ø  Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
Ø Memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiaki kesalahan konsep
Ø Pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku koping


Ø Dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri
4
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Cemas berkurang atau hilang setelah diberikan Penkes dalam waktu 1x24
Ø  Kaji tingkat kecemasan klien

Ø  Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien :
v  Temani klien
v  Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien )
Ø  Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
Ø  Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
v  Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
v  Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
Ø  Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis
Ø Menentukan tindakan selanjutnya
Ø  Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan





Ø  Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut
sehingga klien    lebih kooperatif


Ø  Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.









Ø  Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
                                                   (sumber :  Marilynn E. Doenges )




BAB IV
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ). Berdasarkan sifatnya rinitis terdiri dari rinitis akut dan kronis. Sementara berdasarkan penyebabnya terdiri dari rinitis alergi dan rinitis non alergi. Rinitis alergi dibedakan menjadi rinitis alergi musiman dan rinitis terus-menerus. Rinitis non alergi terdiri dari rinitis vasomotor, rinitis medikamentosa, dan rinitis atrofi. Gejala rinitis secara lokal berupa kongesti nasal, rabas nasal (purulen dengan rinitis bakterialis),bersin-bersin, batuk, hidung tersumbat, beringus, gatal pada hidung, hidung berair, sakit tenggorokan, dan tidak enak badan, tinnitus (rasa ada dengung di telinga) , rasa penuh di telingan dan postnasal drip. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. Gejala secara umum dapat berupa kelainan pada gastrointestinal seperti muntah, mual, obstipasi, kembung, atau kadang diare. Juga dapat terjadi gelisah, mudah tersinggung, nyeri otot (mialgia) dan nyeri pada sendi-sendi dan sebagainya. Pada pemeriksaan ditemukan membrane mukosa berwarna merah, membengkak dan lembab. Pasien mengeluh adanya rasa gatal dan mata berair/ menangis. Infeksi bakteri atau infeksi kronis mengakibatkan keluarnya ingus yang kehijau-hijauan atau purulen, mukoid, dan kental. Infeksi sekunder seperti otitis media, bronchitis atau pneumoni seharusnya disingkirkan.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul diantaranya sebagai berikut
1.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
2.      Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
3.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore






B.   SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan agar kualitas asuhan keperawatan ini nantinya akan lebih baik, yaitu
1.         Rumah Sakit
Diharapkan rumah  sakit dapat meningkatkan mutu dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan  sistem pernafasan : RHINITIS secara benar dan tepat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan  kesehatan secara maksimal serta mengurangi adanya komplikasi.
2.         Perawat
Perawat harus lebih memahami dan dapat menerapkan pelaksanaan keperawatan yang dilakukan, khususnya pada pasien dengan sistem pernapasan :RHINITIS. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan, sehingga hasil tindakan dan respon pasien di tulis secara lengkap pada status klien, sebagai bahan komunikasi antar perawat untuk melanjutkan asuhan keperawatan kepada pasien sebagai pertanggung jawaban atas tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3.         Mahasiswa
Sebagai seorang mahasiswa hendaknya selalu belajar lebih baik dalam memanfaatkan wadah yang ada peningkatan asuhan keperawatan khususnya  dalam hal pendokumentasian dan pendataan pada pasien dengan RHINITIS sehingga dalam pelaksanaan dilapangan dapat memberikan asuhan yang optimal.
4.         Institusi Pendidikan
Sebagai tempat mencetak perawat professional, kreatif serta mempunyai ketrampilan dan skill dalam melakukan asuhan keperawatan dan diharapkan lebih memperhatikan dalam memberikan pembekalan ilmu keperawatan kepada mahasiswa dalam hal pendokumentasian dan praktek lapangan : sebagai bekal saat mahasiswa tersebut turun dilapangan agar dapat memberikan  asuhan keperawatan yang lebih baik.
5.         Masyarakat
Terwujudnya Indonesia sehat 2011 tidak lepas dari dukungan masyarakat,keluarga, serta individu.dalam  melakukan pencegahan  penularan  pada orang lain. Salah satunya memanfaatkan fasilitas & sarana kesehatan yang ada serta mewujudkan kepedulian masyarakat akan lingkungan yang sehat.dengan cara : selalu mengonsumsi makan yang bergizi, menjaga lingkungan agar tetap sehat & bersih, pencahayaan rumah yang cukup untuk mencegah kuman tidak berkembang biak diudara yang lembab dapat mengurangi penularan penyakit pernafasan.


 

COMMENTS

Nama

BAYI,3,MAKALAH,22,Materi,4,PERAWAT,4,TUGAS,6,
ltr
item
Muammar Khadafi: ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI : RHINITIS
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RESPIRASI : RHINITIS
Muammar Khadafi
http://nurseammar.blogspot.com/2017/06/asuhan-keperawatan-sistem-respirasi_57.html
http://nurseammar.blogspot.com/
http://nurseammar.blogspot.com/
http://nurseammar.blogspot.com/2017/06/asuhan-keperawatan-sistem-respirasi_57.html
true
2977093964499099298
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy