KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan ...
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan jiwa pada Remaja dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang
telah membimbing kami hingga terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan
makalah ini.Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………..1
Daftar
Isi ……………………………….
2
Bab I ………………………………..3
1) Pendahuluan …………………………..…….3
Ø Latar
Belakang Masalah……………………………….3
Ø Tujuan ……………………….………..3
Ø Metode
Peulisan
Bab II …………………………………4
v
Tinjauan
Pustaka …………………………………4
Ø Pengertian …………………………………4
Ø Karakteristik
Gangguan Jiwa…………………………..5
Ø Proses
Keperawatan …………………………………6
Bab III …………………………………13
v
Penutup …………………………………13
Ø Kesimpulan …………………………………13
Ø Saran …………………………………13
Daftar Pustaka …………………………………14
BAB
I
PENDAHULUAN
Asuhan jiwa merupakan asuhan
keperawatan spesialaistik,namun tetap di lakukan secara holistic pada saat
melakukan asuhan kepada klien.Berbagi terapi keperawatan yang di kembangkan di fokuskan
kepada klien secara individu,kelompok,keluarga maupun komunitas. Banyak orang
tua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh kembang anak, sehingga
sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan masalah-masalah kesehatan
jiwa pada remaja.
B.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui dasar-dasar kesehatan jiwa.
2.
Mengetahui gangguan kesehatan jiwa pada remaja.
3.
Mengetahui proses keperawatan jiwa pada remaja.
C.
Metode Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari
3 bab utama. Bab I berisi tentang latar belakang dari penulisan makalah ini,
tujuan di adakannya penulisan, dan metode penulisan makalah ini. Bab II
merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang membahas
materi/pokok bahasan makalah ini,yakni,asuhan keperawatan jiwa pada remaja.Bab
III merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Pengertian
a.
Kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Menurut Keliat (2007:1) kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtra yang memungkinkan hidup harmonis dan pruduktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan suatu segi kehidupan manusia.
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Menurut Keliat (2007:1) kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtra yang memungkinkan hidup harmonis dan pruduktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan suatu segi kehidupan manusia.
2.
Gangguan Jiwa
Menurut Keliat (2007:1) gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan distress(penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan kehidupan manusia Ganggua jiwa biasanya mulai timbul pada masa remaja seperti :
Menurut Keliat (2007:1) gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan distress(penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan kehidupan manusia Ganggua jiwa biasanya mulai timbul pada masa remaja seperti :
a.
Gangguan tingkah laku
Menurut
Copel (2007:1) seorang remaja yang memiliki gangguan tingkah laku menunjukkan
pola perilaku yang secara konsisten melanggar hak-hak orang lain dan
mengabaikan standar social yang umum. Remaja biasanya menipu, mencuri,
aktivitas social, dan kekerasan.
b.Gangguan
sikap menentang
Menurut
Copel (2007:1) gangguan sikap menentang
adalah adalah prilaku negative, tidak patuh, dan bermusuhan.Walaupun mereka
tidak melanggar hak orang lain, mereka bertindak dalam cara yang sangat
menyusahkan orang tua, guru, figure otoritas lainnya.
Faktor-faktor predisposisi
terjadinya gangguan jiwa pada remaja.
Adanya gangguan kesehatan jiwa sebenarnya disebabkan oleh banyak hal. Ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa, pertama, gangguan fisik, biologis atau organik. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak penyakit infeksi (Tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (Pattern of parenting) hubungan yang patologis diantara keluarga disebabkan frustasi, konflik dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial dan lingkungan, penyebabnya dapat berupa stressor psikososial, dan perkembangnan diri.
Adanya gangguan kesehatan jiwa sebenarnya disebabkan oleh banyak hal. Ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa, pertama, gangguan fisik, biologis atau organik. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak penyakit infeksi (Tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (Pattern of parenting) hubungan yang patologis diantara keluarga disebabkan frustasi, konflik dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial dan lingkungan, penyebabnya dapat berupa stressor psikososial, dan perkembangnan diri.
2.
Karakteristik Gangguan Jiwa
Gejalanya adalah Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah : ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya.
Tanda gangguan jiwa
Gejalanya adalah Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah : ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya.
Tanda gangguan jiwa
a.
Gangguan kognisi
Suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungan yang baik, lingkungan yang dalam maupun luarnya (Fungsi mengenal).
Suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungan yang baik, lingkungan yang dalam maupun luarnya (Fungsi mengenal).
b.
Gangguan perhatian
Pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat dari rangsang.
Pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat dari rangsang.
c.
Gangguan ingatan
Kesanggupan untuk mencatat, menyimpan memproduksi isi dan data-data kedsadaran.
Kesanggupan untuk mencatat, menyimpan memproduksi isi dan data-data kedsadaran.
d.
Gangguan Asosiasi
Proses mental dan dengannya perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Suatu proses mental untuk mebandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. ( Zakaria Darajat, 2007)
Proses mental dan dengannya perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Suatu proses mental untuk mebandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. ( Zakaria Darajat, 2007)
3. Proses
Keperawatan
Sesuai dengan tahapan proses
keperawatan dan dengan berorientasi pada keterampilan kompetensi ego, pertama
kali perawat perlu melakukan pengkajian.
A. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
1.Data demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2. Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak.
3. Status mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.
Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya, yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
4. Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat
gejala, tumbuh kembang anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini
sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan
asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke sistem keluarga.
Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan
selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric
Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dan
DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
B. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun
sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan
perubahan lingkungan anak. Untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa,
tujuan umumnya adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensive
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4. Membantu mengembangkan identitas diri anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensive
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4. Membantu mengembangkan identitas diri anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
C. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :
1. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :
1. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
a.
Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya.
b.
Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
c.
Berkomunikasi dengan orang lain
d.
Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri sendiri, dunia
luar, dan orang lain
e.
Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
2. Terapi keluarga
Semua
anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua perlu
belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi
dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga.
Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga
turut meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati
dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu
kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat
bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan
internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan
keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik
memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif
dalam suatu lingkungan yang terkendali. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan
beberapa terapi kelompok seperti, analytic group phsycho therapy, phsycho
drama.
4. Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat bekum
sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak, tetap bermanfaat untuk mengurangi
gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan membantu agar
pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan
menggunakan pedoman yang tepat.
5. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi
bermain psikoanalitis, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi
bermain pengalaman. Hubungan antara anak dengan therapist memberikan kesempatan
apda anak untuk medapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang
dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas.
6. Pendidikan pada orang tua
Pendidikan terhadap orang tua
merupkan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu
pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan
tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku
yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan
pengertian dan empati antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam
mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal
lain seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan
pengobatan, juga diajarkan.
7. Terapi lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan
pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang
aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai
tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi
perilaku. Program yang berfokus pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan
untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada anak-anak tentang perilaku
mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang baik, mereka menerima
pujian, stiker atau nilai, tergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya,
perilaku negatif tidak ditoleransi.
D. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan
bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka
waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai
4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis,
serta perencanaan yang komprehensif. Pada umunya pengamatan perawat berfokus
pada perubahan perilaku anak. Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk
membuat keputusan secara rasional? Anak harus mulai beradaptasi dengan
lingkungannya dan tidak impulsif. Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
1.
Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2.
Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua
secara wajar
3.
Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4.
Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses
belajar
5.
Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
6.
Status mental secara menyeluruh
7.
Koordinasi dan rencana pemulangan
Berbagai gangguan jiwa pada remaja seringkali tidak dapat kita cegah,
bahkan terkadang sulit diatasi. Namun dengan kesabaran dan penatalaksanaan yang
tepat– dengan mengikutsertakan para ahli, anggota keluarga dan tentu saja
dengan pertolongan Allah Swt– cobaan itu niscaya akan terasa lebih ringan.
Selain itu anakpun dapat dikembangkan secara optimal meski dalam
keterbatasannya.
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai
perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah
satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak
mengalami kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
Copel,Linda
Carman.2007.Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat,Budi
Anna.2004.Keperawatan Jiwa.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Keliat,Budi
Anna.dkk.2007.Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
COMMENTS