BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Kasus pertama leukemia dilaporkan oleh velpeaupada tahun 1827. Pasiennya seo...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Kasus pertama leukemia dilaporkan oleh
velpeaupada tahun 1827. Pasiennya seorang penjual limun berumur 63 tahun, jatuh
sakit pada tahun 1825 dengan gejala pembengkaan perut, demam dan rasa lelah.
Penderita tersebut meninggal segara sesudah masuk rumah sakit; pada autopsy
ditemukan pembesaran hati dan limpa yang hebat. Darahnya kental, menyerupai
ragi pembuat anggur merah, Velpeau meragukan apakah itu darah atau nanah.
Pada tahun 1839 Barth dan donne melaporkan
hasil pemerisaan darah pada seorang penderitayang mereka katakan sebagai mocus
globulesyang tidak dapat dibedakan dari nanah. Baru pada tahun 1845 leukimia
dilaporkansebagai suatu kesatuanpenyakit oleh Bennett dan Virchow.
Masing-masing melaporkan secara terpisah sebagai berikut :
Pada pesien Virchow pembuluh darahnya berisi
cairan putih kuning kehijauan dan di bawah mikroskopterlihat seperti leukosit
normal yang besar, dengan sedikit sel darah merah. Karenasel darah yang tidak
berwarna jauh lebih banyak dari pada warna merah, Virchow menyebutkan sebagai
darah putih. Bennet menganggap penderitannya mengalami pernanahan darah.
Beberapa tahun kemudian Virchow yakin bahwa
pasti tidak ada pernanahan darah dan kemudian pada tahun 1847 menyebutkan
penyakit ini leukemia. Ia bahkan telah dapat membedakan 2 jenis leukemia, yaitu
jenis splenic dan lymphatic. Leukemia splenik atau ;iena disertai pembesaran
limpa, sedangkan leukimialimfatik terutama dengan pembesaran kelenjar getah
bening.freidreich pada tahun 1857 menyebutkan 2 jenis leukemia yaitu kronik dan
akut.
Teori bahwa darah dibentuk disumsum tulang
mula-mula dilontarkan oleh Neumann pada tahun 1870. Ia juga menambahkan bahwa
selain splenik dan limfatik, juga ada leukemia jenis mielogenik.
Pada akhir abad 19 dan awal abad ke 20
dokter-dokter dibinggungkan oleh istilah-istilah : pseudoleukemia,
leukosarkoma, kloroma, limfosarkoma, mielosis dan lain-lain. Membinggungkan
karena pada waktuitu satu istilah dipakai untuk beberapa jenis penyakit dan
belum ada gefinisi yang jelas.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami
asuhan keperawatan pada pasien
dengan Leukimia
2. Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Leukimia
b.
Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab Leukimia
c.
Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang
mungkin muncul pada pasien
Leukimia
d. Mahasiswa mampu memahami
penatalaksanaan pada pasien
dengan \Leukimia
C.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yaitu melalui
studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lainya untuk
mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam
laporan ini.
D.
Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membatasi penulisan tentang
Leukimia
E.
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah
sebagai berikut:
BAB I:
Pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup penulisan, sistematika penulisan, sistematika penulisan
BAB II: tujuan teoritis yang terdiri atas: definisi leukimia, klasifikasi(
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, komplikasi,
pencegahan , pemeriksaan diagnostik
BAB III: Asuhan keperawatan leukimia yang terdiri atas: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, evaluasi
BAB IV: Penutup yang terdiri atas: kesimpulan Dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi
Fisiologi Sel Darah Putih
Leukosit(sel
darah putih) adalah unit-unit yang dapat bergerak dalam suatu pertahanan tubuh,
keadaan tubuh dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit dan apabila
kita periksa dan kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat. Bentuknya
dapat berubah-ubah dan mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dia dapat
dibedakan berdasarkan inti sel nya, warnanya bening(tidak berwarna) banyaknya
dalam 1mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Terdapat
5 jenis leukosit yang bersirkulasi baik yang mempunyai granula maupun yang
tidak bergranula yang dikenal sebagai granulosit dan agranulosit.
Macam-macam
leukosit meliputi agranulosit dan granulosit:
1. Agranulosit
a. Limfosit
Macam limfosit
yang dihasilkan dari jaringan rtikulum endothelial system dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang kecil ada yang besar didalam sitoplasma tidak terdapat
granula dan intinya besar. Fungsinya sebagai pembuluh dan pemakan bakteri yang
masuk kedalam jaringan tubuh.
b. Manosit
Macam limfosit
yang terbanyak dibuat disumsum merah lebih besar daripada limfosit. Fungsinya
sebagai fagosit.
2. Granulosit
a. Neutrofil
/ folimur nucleus leukosit
Mempunyai inti
sel yang barang kali kadang-kadang seperti terpisah-pisah. Protoplasma nya
banyak bintiik-bintik halus
b. Eusinofil
Ukuran dan
bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula dan sitiplasamanya lebih
besar
c. Basofil
Sel ini kecil
daripada eusotonofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur didalam
protoplasmanaya terdapat granula-granula besar.
Leukosit mempunyai 2 fungsi didalam tubuh
manusia yaitu:
a. Sebagai
pengangkut yaitu: mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limfe dan terus kepembuluh darah.
b. Sebagai
berserdadu tubuh yaitu bertugas membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri
didalam limfe dan kelenjar limfe.
Gambar 1. Tanda dan gejala leukimia
(http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2009/03/download-asuhan-keperawatan-gawat.html)
B. Konsep
Dasar Penyakit Leukimia
1. Pengertian
Leukimia adalah jenis gangguan pada
system hematopoietic yang fatal dan terkait dengan sumsum tulang dan pembulu
Lymphe ditandai dengan tidak terkendalianya proliferasi dari leokcoyte dan prosedirnya.(Barbara C. Long,1996)
Leukemia adalah poriferasi sel leukosit
yang abnormal,ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat memyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri
dengan kematian. ( Djoerban Zubairi,dkk.1990)
Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi
tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan
elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus
limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Leukemia merupakan penyakit keganasan
sel darh putih yang berasal dari sumsum tulang, ditanadai dengan porifer
sel-sel darah putih, denagn manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah
tepi.(Permono, Bambang.2005)
a.
Sumsum tulang (dalam bahasa Inggris: bone
marrow, medulla ossea) adalah jaringan lunak yang
ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Ada
dua jenis sumsum tulang:
1)
sumsum merah, dikenal juga sebagai jaringan
myeloid. Sel darah merah, keping darah, dan
sebagian besar sel darah putih dihasilkan
dari sumsum merah.
2)
sumsum kuning. Sumsum kuning
menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak
dikandungnya.
Kedua tipe
sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.Sewaktu
lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan,
semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki
rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah.
Sumsum merah ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung, tulang belikat, dan pada
bagian lunak di ujung tulang panjang femur dan humerus. Sumsum
kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang.Pada keadaan
sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah
kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.
2. Klasifikasi
Leukimia
a. Leukimia
Akut
Leukimia
akut adalah pembelahan sell yang diklasifikasikan sesuai dengan cell yang lebih
banyak didalam sumsum tulang baik lymphoblasts ( leukemia lympboccytic akut)
maupun myloblasts ( leukemia myclogenous akut)
1) Leukemia
Mielogenus Akut
AML
timbul dari cell batang myeloid tunggal dan di tandai dengan berkembangnya
kematangan myeloblasts didalam sumsum tulang. Sel Mieloid: monosit, granulosit,
eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
2) Luekemia
Limfositik Akut
ALL
meningkat dari cell batang lymphoid tunggal dengan kematangan yang lemah dan
penggumpalan cell-cell penyebab kerusakan didalam sumsum tulang. ALL dianggap
sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
b. Leukimia
Kronis
Leukimia kronis adalah pembelahan cell yang diklasifikasikan
sesuaidengan kematangan predominant cell darah putih, baik lymphocyte atau
punGranulocty.
c. Leukemia
Mielogenus Kronis
CML
juga dimasukan dalam keganasan sel system myeloid. Namun lebih banyak terdapat
pada sel normal di dinding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom philadelpia ditemukan pada
90% sampai 95% pasien dengan 20 CML . CML jarang menyerang rasa individu
berusia di bawah 20 tahun. Namun insidensinyameningkat sesuai pertambahan usia.
d. Leukemia
Limfositik Kronis
Leukimia
limfositik kronic (CLL) cenderung merupakan kelinan ringan yang terutama
mengenai individu antara usia 50 sampai 70 tahun. Negara-negara barat
melaporkanpenyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi. Yang ditandai dengan
berlimpahnya sejumlah kecil kematangan B-lymphocytes dan tidak nomal yang
menjurus kepenurunan sintesis dari immunoglobulins dan penekanan respon
antibody.
Gambar 2. Sel darah putih
(http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2009/03/download-asuhan-keperawatan-gawat.html)
3. Etiologi
Walaupun pada sebagian besar
penderita leukosit factor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi
ada beberapa factor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia. Factor-faktor
tersebut antara lain adalah factor genetic, sinar radioaktif dan virus.
Penyebab yang pasti belum
diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
leukemia yaitu :
a. Faktor
genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi
ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen,
arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik
seperti diethylstilbestrol
e. Faktor
herediter, misalnya pada kembar monozigot
f. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi
21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s,
Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.
4. Patofisiologi
Leukimia
adalah jenis gangguan pada system
hematopoietic yang fatal dan terikat dengan sumsum tulang dan pembuluh lymphe
ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasin dari leokocyre dan
prosedirnya. Jumlah besar dari cell pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya
san menyebar ke organ hematopoetic dan lanjut ke organ yang lebih besar .
Poriferasi dari satu jenis cellsering mengganggu produksi normal cell
hemotopoetic lainnya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan cell yang cepat
dan ke Cytopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari cell darah putih
mengakibatkan menurunya immune Competence dengan meningkatnya kemungkinan
mendapat infeksi. Penyebab leukemia adalah belumdiketahui . Suatu peningkatan
insiden eukimia dalam perkiraannya membawa ke Hypotesa predis posisi genetik
atau viral origin.
5. Manifestasi
Klinis
Gejala
yang mudah dipahami adalah:
a. Pucat
b. Lemah
c. Penurunan
beratbadan
d. Pembesaran
kelenjar lymfe
e. Pembesaran
organ limpa dan hati
f. Nyeri
tulang
g. Jaundice
(kekuning-kuningan)
h. Gangguan
penglihatan
6. Penatalaksanaan
Medis
a. Pelaksanaan
chemotherapy
Chemotherapy
adalah merupakan model penyembuhan utama. Fase pertama dari chemotherapy
diistilahkan dengan induction-chemotherapy dan terdiri dari chemotherapy
kombinasi (menggunakan lebih dari satu larutan –chemotherapeutic). Pemberian
obat ini bias dalm tempo 2-3 minggu dan penyakit ini ada dalam sumsum. Contoh
obatnya antara lain: Asparaginaze, busulfan, chlorambucil, cyclophas phamie dan
lain-lain.
b. Transplatasi
sumsum tulang
Transplatasi
sumsum tulang adalah identik dengan sumsum tulang yang menggunakan HLA, telah
digunakan dengan meningkatnya frekuensi untuk terjadinyapeningkatankemajuan
dari AML. Bagi trasplatasi sumsum tulang diperlukan preparasi pretransplatasi.
Pengambilan darah dan sumsum tulang dari donor sebanyak 500-800 ml, dicampurkan
dengan heparin dan kultur jaringan dan kemudian menekan campuran tersebut
melalui saringan stainlesstel untuk memecahkan partikel sumsum. Kemudian sumsum
disimpan dalam kantung transfusidarah dan diberikan secara intravenous melalui
cathere hickman dengan waktu yang sama dengan pemberian RBC (4 jam).
c.
Terdapat tiga fase
pelaksanaan keoterapi :
1) Fase
induksi
Dimulasi
4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2) Fase
Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada
fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
d. Konsolidasi
Pada
fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
7. Komplikasi
Berikut
ini komplikasi yang timbul pada leukemia:
a. Anemia (kurang darah). Hal ini dikarenakan
produksi sel darah merah kurang atau akibat pendarahan.
b. Terinfeksi
berbagi penyakit. Hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada kurang berfungsi
dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah menjadi ganas
sehingga tidak mampu melawan infeksi dan denda asing yang masuk kedalam tubuh.
c. Perdarahan.
Hal ini terjadi sebagai akibat penekanansel leukemia pada sumsum tulang
sehingga sel pembeku darah produksinya pun kurang.
d. Gangguan
metabolism :
1) Berat
badan turun,
2) Demam
tanpa infeksi yang jelas,
3) Kalium dan kalsium darah meningkat malah ada
yang rendah, serta
4) Gejala
asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat.
8. Pencegahan
a. Pencegahan
infeksi
1) Tempatkan
pasien dalam ruangan tersendiri.
2) Tempatkan
pasien di ruang isolasi.
3) Hindari
dilakukan catherisasi.
4) Lengkapi
kebutuhan personal hygien.
5) Jaga
lingkungan tetap bersih.
b. Pencegahan
Hemmorrhage
1) Jaga
seluluh sisi pendarahan.
2) Uij
urin dalam stool untuk darah.
3) Jaga
penyuntikan venpuncuture dan intra muscular seminim mungkin.
4) Berikan
penekanan selama 5 menit pada bagian venpuncuture dan 10 menit sekali pada
bagian arterial untuk perawatan.
5) Hindari
pengambilan temperature rectal atau pamberian enemas.
6) Hindari
prosedur yang berlebihan.
9. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Hitung
darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
b. Hemoglobulin
: dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit
: jumlah biasaya rendah
d. Trombosit
: sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP
: mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
f. PTT
: memanjang
g. LDH
: mungkin meningkat
h. Asam
urat serum : mungkin meningkat
i.
Muramidase serum :
pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j.
Copper serum :
meningkat
k. Zink
serum : menurun
l.
Foto dada dan biopsi nodus
limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m. CT
scan
n. Aspirasi
sumsum tulang (di tusuk pakai jarum untuk melihat kandungan sumsum)
o. Pemeriksaan
elektrolit
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN LEUKIMIA
A. Pengkajian
1. Identitas
klien
Terdiri dari :
a. Nama
b. Jenis
Kelamin
c. Agama
d. Suku
e. Pekerjaan
f. Status
g. Alamat
h. Tanggal
masuk
i.
Diagnosa medis
2. Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan
saat didata
Keluhan yang paling dirasakan
adalah lemah, pucat, muntah, sakit
kepala anoreksia, sesak, nafas cepat.
b. Riwayat
kesehatan masa lalu
1) Mempunyai
riwayat penyakit waktu kecil
2) Mempunyai
penyakit kanker sebelumnya
c. Riwayat
Keluarga
1) adanya
gangguan hematologis,
2) adanya
faktor herediter misal kembar monozigot)
3. Riwayat
Psikososial dan Gaya hidup
a. Kebiasaan
: merokok, alcohol, obat-obat
b.
Pekerjaan : debu, zat
kimia dan lain-lain
c.
Berpergian ke daerah
endemic
4. Lingkungan
Kondisi
tempat tinggal dan lingkungan sekitar.
5. Data
social
Bagaimana hubungan klien dengan
keluarga dan dengan masyarakat serta dengan tim kesehatan lainya.
6. Data
spiritual
7. Data
biologis
a. Nutrisi
1) Kehilangan
berat badan
2) Anorexia
(kehilangan nafsu makan)
3) Makan
dan minum
b. Istirahat
tidur
c. Eliminasi
d. Personal
hygnies
e. Pola
aktifitas
8. Pemeriksaan
fisik
Secara
umum
a. Keadaan
umum klien
b. Kesadaran
klien
c. Observasi
TTV, TD,
nadi, suhu, pernafasan
d. Tinggi
badan dan berat badan
e. Kaji
adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan
atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam
tanpa pus.
f. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura;
kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali.
Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia,
hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.
9. Data
penunjang
a. Hitung
darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
b. Hemoglobulin
: dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit
: jumlah biasaya rendah
d. Trombosit
: sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP
: mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT
: memanjang
g. LDH
: mungkin meningkat
h. Asam
urat serum : mungkin meningkat
i.
Muramidase serum :
pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j.
Copper serum :
meningkat
k. Zink
serum : menurun
l.
Foto dada dan biopsi
nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m. CT
scan
n. Aspirasi
sumsum tulang (di tusuk pakai jarum untuk melihat kandungan
sumsum)
o. Pemeriksaan
elektrolit
B. .Diagnosa
keperawatan
1. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahun sekunder
2. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
3. Nyeri
akut berhubungan dengan pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang
dikemas dalam leukemik.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum tujuan laporan peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur (nadi, pernafasan, tekanan daerah dalam batas normal).
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpanjan pada sumber
C. Perencanaan tindakan
Diagnose
keperawatan
|
Perencanaan
tindakan
|
||
Tujuan
dan kriteria hasil
|
intervensi
|
rasional
|
|
1. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahun sekunder
2. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
3. Nyeri
akut berhubungan dengan pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang
dikemas dalam leukemik
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum tujuan laporan peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur (nadi, pernafasan, tekanan daerah dalam batas normal).
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpanjan pada sumber
|
Mengindentifikasi
tindakan untuk mencegah atau menurunkan resiko tinggi
menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh
tanda vital stabil, nadi dan haluan urin
Melaporkan nyeri
hilang atau terkontrol
Melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur
Menyatukan pemahaman
kondisi / proses penyakit dan pengobatan
|
-
Tempatkan pada
ruangan khusus, batasi pengunjung sesuai indikasi
-
Berikan protokol
untuk mencuci tangan yang baik untuk semua petugas dan pengunjung.
-
Awasi tanda-tanda
infeksi. Perhatikan hubungan antara peningkatakan suhu dan pengobatan
kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardi, hipotensi, perubahan
mental samar
-
Cegah mengigil
tindakan cairan. Berikan mandi kompres
-
Dorong klien untuk
sering mengubah posisi nafas dalam dan batuk
-
Insfeksi kulit untuk
nyeri tekan
-
Inspeksi membran
mukosa mulut
-
Hitung darah lengkap
-
Berikan obat sesuai
indikasi, contoh antibiotic
-
Berikan diet rendah
bakteri, misalnya makanan dimasak diproses
-
awasi intake dan
output
-
timbang berat badan
setiap hari.
-
awasi tekanan darah
dan frekuensi jantung.
-
perhatikan darah gusi
-
berikan cairan
intravena sesuai indikasi
-
berikan transfusi
SDM, trombosit, faktor pembekuan.
-
Selidiki keluhan
nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dua sisi (gunakan skala 0-10)
-
Tempatkan pada posisi
nyaman dan sokong sendi, ekstrimitas dengan bantal atau bantalan
-
Memperbaiki sirkulasi
jaringan dan mobilitas sendi
-
Membantu manajemen
nyeri dengan perhatian langsung
-
Penggantian cepet dan
dekstruksi leukimia (sel) selama kemoterapi meningkatkan asam urat,
menyebabkan pembekakan dan nyeri sendiri
-
Perhatikan ketidak
mampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
Sehari-hari.
-
Berikan lingkungan
yang tenang
-
Implmentasikan tehnik
penghematan energy
-
Berikan oksigen
tambahan
-
Kaji ulang patologi
batuk khusus leukinia dan berbagai batu Pengobatan
|
-
melindungi dari
sumber potensi patogen/infeksi catatan : supresi sumsum tulang berat,
neutropenia, dan kemotrapi menempatkan pasien pada resiko tinggi infeksi
-
Mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi
-
Hipermia lanjut
terjadi pada beberapa tipe infeksi, dan demam (tidak berhubungan dengan obat
atau produk darah) terjadi pada banyak pasien leukimia. Catatan : Septikemia
dapat terjadi tanda demam.
-
Membantu menurunkan
demam, yang menambah ketidak seimbangan cairan, ketidak nyamanan, dan
komplikasi SSP
-
Mencegah statis
sekret pernapasan, menurunkan resiko telektasis/pneumonia
-
Mengidentifikasi
infeksi local
-
Rongga mulut adalah
medium yang baik untuk perumbuhan organism
-
Penurunan SDP
abnormal dapat diakibatkan oleh proses penyakit atau kemotrapi
-
Untuk mengobati
infeksi
-
Meminimalkan sumber
potensi kontaminasi bakteri
-
kemungkinan dapat
dapat menyebabkan batu ginjal, retensi urin dan ginjal.
-
Mengukur keadekuatan
penggantian cairan sesuai fungsi ginjal.
-
perubahan dapat
menunjukkan efek hipovolimia (pendarahan/dehidrasi).
-
supresi sumsum tulang
dapat produksi trombosit menempatkan pasien pada resiko pendarahan spontan
tak terkendali.
-
mempertahankan
keseimbangan cairan atau elektrolit karena tidak adekuatnya pemasukan oral
-
mempernaiki atau
menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa oksigen untuk memperbaiki
anemia, berguna untuk mencegah dan mengobati pendarahan
-
Membantu mengkaji
kebutuhan untuk intervensi dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi
-
dapat menurunkan
ketidaknyamanan tulang atau sendi
-
bantuan atau berikan
aktivitas terapeutik dan tehnik relaksasi
-
Awas kadar asam urat
-
Berikan obat sesuai
indikasi
-
Efek leukimia, anemia dan kemoterapian :
mungkin komulatif
-
Menghemat energi
untuk aktivitas dan regenarasi seluler / Penyembuhan jaringan
-
Memaksimalkan persedian
energi untuk tugas perawatan diri
-
Memaksimalkan
persediaan oksigen untuk kebutuhan seluler
-
Pengobatan doat
termasuk berbagai obat anti neoplastik radiasi Seluruh tubuh atau hati limfa, transfusi
atau transportasi sumsum Tulang.
|
PENUTUP
BAB IV
A. Kesimpulan
Leukimia sering di jumpai di
masyarakat dan mudah di kenali (di
diagnosa). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, muntah, penurunan berat badan dan
lain-lain. Pendiagnosaan leukimia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya pertambahan sel darah pitih (leukosit).
B.
Saran
Mengingat begitu kompleksnya masalah yang
ditemukan akibat dari penyakit leukimia, maka
diharapkan kepada seluruh pihak-pihak medis terkait dapat memperhatikan kondisi
atau gejala-gejala penyakit leukimia itu
sendiri serta dapat segera melakukan pembangunan yang tepat dalam memberikan
terapi dan pengobatan yang bagi pasien yang terserang penyakit tersebut. Kepada
pihak rumah sakit diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dari
pelayanan kesehatan yang telah ada untuk memudahkan dalam penanganan kasus
tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
Manjoer,
Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
FK UI : Media Aeskulatius
Brunner &
Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn,
dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.
Long, Barbara
C.1996. Perawatan Medikal Bedah ( Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan ). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung.
Tucker, Susan Martin et
al. Patient care Standards : Nursing
Process, diagnosis, And Outcome. Jakarta : EGC; 1998
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing.Jakarta: Salemba Medika; 2001
COMMENTS