BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin maju, serta pengetahuan masyarakat yang makin l...
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin maju, serta pengetahuan
masyarakat yang makin luas, mengakibatkan masyakat tidak ingin memgetahui hal-
hal yang merugikan dirinya sendiri, peningkatan kebutuhan kehidupan manusia
yang sering mengalami kondisi yang tidak sehat. Terutama merokok merupakan pola
kebiasaan masyarakat pada saat ini,baik pada dewasa awal dan
akhir,lansia,bahkan pada kalangan anak – anak pun pada saat ini sudah mulai
mencoba merokok,baik laki maupun wanita.Banyak di antara mereka yang memiliki
kebiasaan merokok bilang: Merokok dapat menenteramkan perasaan bila dalam
keadaan stres, menjadi bugar pada waktu kelelahan, memperbaiki memori,
mengurangi kecemasan, menghilangkan depresi, mengurangi rasa lapar, memperbaiki
konsentrasi, dan lain-lain.Karena itu tidak heran bagi seseorang demikian susah
menghentikan merokok. Hanya saja mereka lupa mempertimbangkan dampak negatif
yang ditimbulkan, yang jauh lebih besar dibanding kenikmatan yang dirasakan.
Dari merokok tersebut, dapat mengakibatkan orang tersebut kecanduan terhadap
rokok, yang diketahui rokok banyak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi
tubuh maupun kesehehatan yang meng hambat sistem kerja jantung terutama pada
peredaran darah perifer yang mengakibatkan salah satunya penyakit syndroma buerger.
Penyakit
Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah
perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat.
Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan
pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan
stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.
Laporan
pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von
Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form
of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih
sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan
penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan
pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile
spontaneous gangrene”.
Hampir
100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans)
atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda.
Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain
di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.
Prevalensi
penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade
terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga
dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi
penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi
manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6
– 20% kasus per 100.000 populasi.
Kematian
yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien
penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau
lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun
2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan
di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin
(International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah
dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans,
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan
hitam adalah 8:1.
Penulis
mengangkat masalah (syndrome boerger) untuk memberikan pengetahuan tentang
penyakit ini, terutama pada pengguna rokok yang akan mengakibatkan mudahnya
para perokok mengidap penyakit ini.
Penulis
menjelaskan bagaimana tanda dan gejala terjadinya penyakit syndrome boerger dan
pengobatan pada syndrome boerger.
B. Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat
bertujuan agar masyarakat atau pembaca mengetahui tentang bahayanya merokok
bagi kesehatan tubuh terutama pada sistem kardiovaskuler yang dapat menyebabkan
syndrome boerger dan mengetahui tanda dan gejalanya.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus penulis adalah agar masyarakat atau pembaca mengetahui :
a.
Ciri-ciri syndrome boerger
b.
Tanda dan gejala sydrome boerger
c.
Asuhan keperawatan syndrome boerger.
C. Ruang
Lingkup Penulisan
Karena luasnya ruang lingkup masalah tentang sistem
kardiovaskuler ini, maka penulis hanya memaparkan ciri-ciri, tanda dan gejala,
asuhan keperawatan tentang syndorome boerger.
D. Metode
Penulisan
Penyusunan
makalah ini, penulis menggunakan metode naratif dan deskriptif yaitu menceritakan penyebab dari sindrom
boerger dan menggambarkan gejala yang timbul akibat merokok. Serta penyebab
yang terjadi akibat kurangnya nutrisi yang adekuat, Tentang konsep dasar sindrom boerger dan asuhan
keperawatan syndroma boerger.
E.
Sistematika Penulisan
Makalah ini penulis buat terdiri dari 3 bab yang
disusun sesuai dengan sistematis penulisan sebagai berikut.
Bab
I : Pendahuluan
Terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab
II : Tinjauan teoritis
Terdiri
dari anatomi jantung pembuluh darah perifer dan konsep dasar penyakit klien
dengan syndrome boerger.
Bab
III : Asuhan keperawatan teoritis
Terdiri
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan
evaluasi.
Bab
IV : Penutup
Terdiri
dari kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Antomi Fisiologi Jantung
Jantung adalah organ yang
mensirkulasi darah teroksigenisasi ke paru-paru untuk pertukaran gas-gas.
Terpisahnya ruangan dalam jantung mencegah pencampuran antara daerah yang
menerima darah yang tidak teroksigenisasi dari vena cava superior, inferior,
dan sistem koroner. Jantung memiliki 4 katup yaitu, katup trikuspidalis, katup
mitral(bikuspidalis), katup pulmonal, katup aorta. Jantung terdiri dari 4 ruangan,
yaitu ventrikel dekstra, ventrikel sinistra, atrium dekstra, dan atrium
sinistra. Darah ini melalui katup trikupisdalis ke ventrikel kanan di pompakan
ke paru-paru melalui katup mitral ke ventrikel kiri dan dipompakan ke aorta
untuk sirkulasi koroner dan sistemik. Gangguan aliran dalam jantung
mengakibatkan oksigenisasi tidak adekuat, darah arteri dan vena tercampur yang
mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang.
1.
Arteri
Arteri (pembuluh nadi)
adalah pembuluh darah berotot
yang membawa darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju jantung.
Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperi karbon
dioksida. Pada negara
berkembang, dua
kejadian kematian utama disebabkan oleh infark
miokardium dan stroke pada sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis.
Sistem pembuluh
nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah biasanya
menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung mengembang dan
darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah saat jantung
berkontraksi dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat diukur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.
a.
Jenis
pembuluh arteri
Terdapat
beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh :
Arteri sistemik membawa
darah menuju arteriol dan
kemudian ke pembuluh kapiler, di
mana zat nutrisi dan gas ditukarkan.
3)
Aorta
Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari
ventrikel jantung dan membawa banyak oksigen.
4)
Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil
yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.
Pembuluh ini bukan pembuluh
nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya pertukaran zat yang menjadi fungsi
utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang menghubungkan
cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang terkecil
dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang,
dan ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding
tipis.
2.
Vena
Vena (Pembuluh balik) adalah
pembuluh yang
membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan.
Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis.
jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup
sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah.
Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika
vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
Dari
seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik
besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui
serambi kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke jantung lagi melalui vena
paru-paru. Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam
semua pembuluh vena banyak mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis.
Pembuluh
balik tersusun dari 3 lapisan tetapi dinding pembuluh ini lebih tipis dan tidak
elastic. Tekanan pembuluh balik lebih lemah dibandingkan tekanan pembuluh badi
di sepanjang pembuluh balik terdapat katup yang menjaga agar darah tak berbalik
arah.
Pembuluh
balik yang masuk kejantung adalah sebagai berikut :
a.
Vena Kava Superior
Vena ini membawa darah yang
mengandung CO2 dari bagian atas tubuh ke serambi kanan jantung.
b.
Vena Kava Inferior
Vena ini membawa darah yang
mengandung CO2, dari bagian bawah tubuh ke serambi kanan jantung.
c.
Vena Kava Pulmonalis
Vena ini membawa darah yang
mengandung o2 dari paru – paru kereambi kiri jantung.
B.
Konsep Dasar Syndroma
Boerger
1.
Pengertian
Penyakit Buerger (Tromboangitis
Obliterans) adalah penyakit yang ditandai dengan berulangnya inflamasi pada
arteri dan vena sedang dan kecil pada ekstremitas bawah dan atas (jarang
terjadi) dan mengakibatkan pembentukan thrombus serta penyumbatan pembuluh
darah. (Brunner & Suddarth ; 890.2002).
Penyakit
Buerger ( Tromboangitis Obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena
yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradang yang dipicu oleh merokok.
Sumber : (http://doctorology.net/?p=172, diperoleh hari Rabu,
11 Mei 2011)
Penyakit Buerger merupakan radang pada
pembuluh darah arteri, vena dan saraf pada anggota gerak tubuh yang menimbulkan
sumbatan pada arteri, vena dan saraf yang berukuran kecil atau sedang, kaki
merupakan anggota tubuh yang paling sering terkena penyakit ini.
Penyakit obliterans mengenai pembuluh
darah kecil ekstremitas dibagian distal arteri bronkhialis atau poplitea, ini
mungkin disertai dengan feblitis yang berpindah-pindah.
Jadi Syndrome Buerger adalah penyakit
yang terjadi dikarenakan penyumbatan pada arteri dan vena baik berukuran kecil
sampai sedang yang biasa di alami pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun daan
umumnya menyerang ekstremitas bagian bawah dan kaki merupakan anggota tubuh
yang paling sering terkena.
2.
Etiologi
Penyebabnya tidak
jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya
dengan penyakit Diabetes Mellitus dan keturunan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang
kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah .
Rokok memiliki komposisi berbahaya bagi
tubuh seperti :
1.
Nikotin
Nikotin merupakan salah satu unsur utama di dalam
tembakau.Nikotin memiliki fungsi merangsang zat kimia di otak sehingga
mengakibatkan kecanduan nikotin merangsang produksi kelenjar adrenalin menjadi
lebih giat sehingga dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
2.
TAR
Tar merupakan bahan kimia yang memiliki sifat
karnisogen(memicu munculnya kangker).Tar juga dapat memberhentikan fungsi dari
pad sel sel epithel di dalam saluran tubuh bagian dalam dan trakhea sehingga
sel-sel yang seharusnya berfungsi sebagai penyaring dan pengeluar zat yang
berbahaya Bagi tubuh tidak dapat bekerja . Oleh karena itu perokok sangat
rentan terkena infeksi saluran pernapasan . Akibat negatif lainnya yaitu
menyebabkan gigi,jari,dan ku perokok menjadi kuning kehitam-hitaman.
3.
Karbonmonoksida
Karbonmonoksida adalah suatu gas yang di hasilkan
dari pembakaran yang tidak sempurna yang merupakan racun bagi tubuh bila
terhisap dalam jumlah banyak.gas ini di dalam darah menggantikan ikatan oksigen
dan hemoglobin dalam erythrosit(sel darah merah) sehingga darah akan kekurangan
oksigen . Bila ini berlangsung dalam waktu yang lama dan dalam jumlah yang
besar dapat mengakibatkan pingsan,jika terus-menerus terjadi dapat mengakibatkan
kematian.
Penggunaan maupun
dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya
penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis
Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen
secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah
suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun.
3.
Tanda Dan Gejala
Dari penyebab
yang telah diketahui, pada klien yang mengalami sindroma boerger, memiliki tanda
dan gejala seperti dibawah ini :
a.Tangan
atau kaki mungkin pucat, merah, atau kebiru-biruan.
b.Tangan
atau kakimungkin terasa dingin.
c. Sakit di tangan dan kaki.
d. Terbakar atau kesemutan.
e. Sering terjadi pada saat istirahat .
f. Sakit di kaki, pergelangan kaki, atau kaki ketika berjalan (klaudikasio intermiten).
g. Perubahan kulit atau bisul pada tangan atau kaki.
c. Sakit di tangan dan kaki.
d. Terbakar atau kesemutan.
e. Sering terjadi pada saat istirahat .
f. Sakit di kaki, pergelangan kaki, atau kaki ketika berjalan (klaudikasio intermiten).
g. Perubahan kulit atau bisul pada tangan atau kaki.
4.
Patofisiologi
Syndrome Buerger
disebabkan karena faktor merokok yang dapat menimbulkan peningkatan asam pada
penyakit buerger. Sehingga Imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas
yang menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan serum anti
endotenial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti endotenial menyebabkan
vaskuler melemah sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5,
dan akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada
arteri dan vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di amputasi.
Peradangan arteri perifer
Okulasi arteri
Lesi thrombosis atau tromboflebitis
Obstruksi vaskuler (terhentinya aliran darah secara local)
Ischemic jaringan local
Kemerahan /sianosis bila ekstermitas digantung
Perubahan mengenai 1 ekstermitas/beberapa jari
Okulasi arteri
Lesi thrombosis atau tromboflebitis
Obstruksi vaskuler (terhentinya aliran darah secara local)
Ischemic jaringan local
Kemerahan /sianosis bila ekstermitas digantung
Perubahan mengenai 1 ekstermitas/beberapa jari
Kebiruan/ kehitaman
Kerusakan kulit
Ulkus
Kerusakan integritas kulit Amputasi
Kerusakan integritas kulit Amputasi
Merasa masih ada anggota tubuh yang
diamputasi
Gelisah
cemas
5.
Pemeriksaan diagnostik
Tidak
terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis penyakit
Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti
angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger
adalah normal.
Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis
penyebab terjadinya vaskulitis termasuk didalamnya adalah :
a.
Pemeriksaaan darah lengkap
pada penderita syndrome boerger pemeriksaan darah
yang dilakukan
1)
Kadar Hb
Hemoglobin
adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah yang terdiri dari zat besi,
yang merupakan pembawa oksigen. Nilai hemoglobin yang tinggi dapat disebabkan
karena hemokonsentrasi akibat dehidrasi. Nilai hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia.
Nilai-nilai
rujukan
Dewasa
: pria 13,5-18 g/dl
Wanita 12-16 g/dl
Anak
: bayi baru lahir 12 -24 g/dl
6 bulan- 1 tahun 10-15 g/dl
5 – 14 tahun 11-16 g/dl
2)
Leukosit
Leukosit berfungsi mempertahankan
tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit
tersebut. Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit. Leukosit mempunyai
bentuk yang berbeda dengan eritrosit. Jumlah normal leukosit 5000 – 10.000 /µl.
3) Trombosit
Trombosit adalah sel anuclear dengan bentuk tak
beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit
pendahulunya. Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam
mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (trombus).
Jumlah normal trombosit 150.000 – 400.000 /µl
b.
Uji fungsi hati
c.
Determinasi konsentrasi serum kreatinin
d.
Peningkatan kadar gula darah dan angka
sedimen
e.
Pengujian antibody antinuclear, faktor
rematoid
f.
Tanda-tanda serologi pada CREST (calcinosis
cutis)
g.
Raynaud phenomenon, sklerodaktili and
telangiektasis) sindrom dan scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi
h.
Pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan
homocystein pada pasien buerger sangat dianjurkan.
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam
mendiagnosis penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran “corkscrew”
dari arteri yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri
tersebut pada bagian pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat
menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah
dari tangan dan kaki.
Gambar2 . Angiogram Kapiler/ Perifer normal dan abnormal
Gb2a : Angiogram normal. GB2b
: Angiogram abnormal.
Sumber : (http://doctorology.net/?p=172, diperoleh hari Rabu,
11 Mei 2011)
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan
dapat dilihat pada angiogram. Keadaan ini akan memgawali terjadinya ulkus pada
tangan dan rasa nyeri.
Gambar 3. Angiogram abnormal
dari tangan
Sumber : (http://doctorology.net/?p=172, diperoleh hari Rabu,
11 Mei 2011)
Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit
Buerger terus terjadi pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak
menyebar ke organ lainnya , tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat
terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti paru-paru, ginjal, otak,
dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi belum
diketahui.
Pemeriksaan
dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit ini, yaitu
dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.
Pada
pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah oleh
trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding pembuluh darah
secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit
dengan rekanalisasi.
Metode penggambaran secara modern, seperti
computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) dalam
diagnosis dan diagnosis banding dari penyakit Buerger masih belum dapat menjadi
acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis
Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah
pada tangan dan kaki.
6.
Penatalaksanaan
a.
Medis
1). Pengobatan spesifik
Dari
pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas,
walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbamat, inositol
niasinat dan steroid direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan
prostaglandin (PGA1) dan defibrotide sama baiknya dengan zat
pencegah agregasi platelet.
b.
Keperawatan
1).
Tindakan untuk menghentikan progresivitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok.
2). Tindakan untuk menimbulkan
vasodilatasi:
a.
Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik L I dan
L III (L I – IV). Tindakan ini masih kontroversi.
b.
Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu. Suhu paling baik ialah suhu kamar
dan dianjurkan tinggal di daerah iklim panas.
3).
Cara memperbaiki sirkulasi ialah dengan oscillating bed dan letak kaki
20 – 30 cm di bawah permukaan jantung (bila edema kaki diletakkan setinggi
jantung).
4).
Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah
dengan jangan banyak jalan. Bila terdapat keluhan nyeri spontan tungkai
diistirahatkan, bahkan tidak jarang dilakukan amputasi untuk menghilangkan rasa
nyeri tersebut. Indikasi amputasi ialah terdapatnya gangren yang luas atau
infeksi yang tak dapat diatasi, rasa nyeri yang tak dapat diatasi dengan
obat-obatan atau tindakan operatif lainnya; dan pada arteriografi tidak
menunjukkan kolateralisasi.
5). Pencegahan dan pengobatan
terhadap ulserasi/gangren dengan cara:
b.
Direndam dengan larutan permanganat kalikus 1/5.000 selama 20 menit tiap hari.
c. Antibiotik.
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada
klien yang mengalami gangguan sistem
kardiovaskuler : sindrom boerger
a. Amputasi.
b. Gangren (kematian jaringan).
c. Kehilangan sirkulasi luar ekstremitas yang terkena ketika ke kontak profesional
medis.
a. Amputasi.
b. Gangren (kematian jaringan).
c. Kehilangan sirkulasi luar ekstremitas yang terkena ketika ke kontak profesional
medis.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM
KARDIOVASKULER : SYNDROMA BOERGER
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar
dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995).
Hal – hal yang harus dikaji pada klien yang
mengalami gangguan sistem kardiovaskuler : syndrome boerger adalah :
1. Sirkulasi
1. Sirkulasi
Tanda: riwayat hipertensi (efek
vasospasme), perubahan warna pada bagian yang
sakit pada pemajanan dingin (timbul pada dewasa awal)
Gejala: warna kulit jari/bagian yang sakit( tergantung pada fase observasi)
tampak putih pucat kemudian sianotik, kemudian hiperemik (merah), tanda
lambat/progersif : kulit putih atau tidak berwarna, mengkilat halus, tegang, nadi
radial dan ulnar dapat normal dini atau tak ada, kuku tabuh/deformitas dapat
terjadi (lanjut), ulserasi pada daerah ganggren. Capilarry refill adalah pengisisan kembali kapiler yang dilakukan dengan menekan kuku dengan jempol pasien dengan jempol perawat dan dilihat selama kurang dari 2 detik, jika tidak kembali kurang dari 2 detik, maka sirkulasi darah ke jaringan perifer tersumbat dapat dikatakan adanya gangguan capilary refill.
sakit pada pemajanan dingin (timbul pada dewasa awal)
Gejala: warna kulit jari/bagian yang sakit( tergantung pada fase observasi)
tampak putih pucat kemudian sianotik, kemudian hiperemik (merah), tanda
lambat/progersif : kulit putih atau tidak berwarna, mengkilat halus, tegang, nadi
radial dan ulnar dapat normal dini atau tak ada, kuku tabuh/deformitas dapat
terjadi (lanjut), ulserasi pada daerah ganggren. Capilarry refill adalah pengisisan kembali kapiler yang dilakukan dengan menekan kuku dengan jempol pasien dengan jempol perawat dan dilihat selama kurang dari 2 detik, jika tidak kembali kurang dari 2 detik, maka sirkulasi darah ke jaringan perifer tersumbat dapat dikatakan adanya gangguan capilary refill.
2.
Integritas ego
Gejala: strees dan reaksi emosi kuat (pencetus).
Gejala: strees dan reaksi emosi kuat (pencetus).
3.
Neurosensori
Gejala: parestesia, kebas pada jari, sakit kepala berulang (vasospasme/efek
hormonal), tanda : hilangnya koosdinasi motorik.
Gejala: parestesia, kebas pada jari, sakit kepala berulang (vasospasme/efek
hormonal), tanda : hilangnya koosdinasi motorik.
4.
Nyeri / kenyamanan
Gejala: nyeri berddenyut selama fase kemerahan perubahan warna (vasodilatasi),
sensitf terhadap tekanan bagian yang sakit, tanda : hati-hati, gellisah.
5. Pernapasan
Gejala: nyeri berddenyut selama fase kemerahan perubahan warna (vasodilatasi),
sensitf terhadap tekanan bagian yang sakit, tanda : hati-hati, gellisah.
5. Pernapasan
Pada pengkajian pernafasan klien dapat kita inspeksi
ketika klien menarik nafas. Untuk mengetahui respiratorik pernafasan klien dan
pergerakn ekspansi pernafasan klien. Setelah di inspeksi kemudian lakukan
palpasi dengan cara meletakkan kedua tangan ke thorak klien untuk mengetahui
apakah ada edema atau pergerakan otot klien kemudian kita perkusi, untuk
mengetahui bunyi normal thorak klien mulai melakukan perkusi dari IC 1 sampai
IC 6. Bunyi paru-paru normal rensonan. Kemudian kita lakukan pencarian letak
jantung, letak jantung normal pada klien posisi baring dari IC 3 sampai IC 5
dan pada posisi duduk dari IC 1 sampai IC 7. Kemudian kita aukultasi untuk
mendengar bunyi S1 dan S2 pada paru-paru dan jantung dan bunyi abnormal S3, dan
S4.
6.
Keamanaan
Gejala: tindakan yang melibatkan pengguanaan alat vibrasi atau memerlukan
gerakann / tekanan berulang contoh : mekanik, petani, pengetik, dll, Tanda : lesi
pada area ujung jari ukuran peniti sampai seluruh jari (sangat luas).
Gejala: tindakan yang melibatkan pengguanaan alat vibrasi atau memerlukan
gerakann / tekanan berulang contoh : mekanik, petani, pengetik, dll, Tanda : lesi
pada area ujung jari ukuran peniti sampai seluruh jari (sangat luas).
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai penilaian klinis terhadap respon individu,
keluarga dan masyarakat terkait masalah
kesehatan aktual dan resiko/proses kehidupan. Diagnosa Keperawatan memberikan
dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan. NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association, 1990).
Diagnosa yang mungkin muncul yaitu :
Diagnosa yang mungkin muncul yaitu :
1.
Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
2.
Resiko gangguan integritas kulit b.d
gangguan sirkulasi
3.
Nyeri akut/kronis b.d vasospasme atau gangguan
perfusi jaringan yang sakit, kerusakan jaringan
4.
Perfusi jaringan, perubahan : perifer
b.d penghentian aliran darah arteri,
5.
Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar
mengenai kondisi, kebutuhan
pengobatan b.d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi,
salah persepsi / salah mengerti.
pengobatan b.d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber informasi,
salah persepsi / salah mengerti.
C.
Perencanaan Keperawatan
Dari diagnosa diatas
dapat dibuat dua diagnosa utama pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler : sindrom boerger
NO
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangaguan sirkulasi.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan dapat
meningkatkan suplai darah arteri ke ekstremitas.
Kriteria
hasil:
1.
Ekstremitas hangat pada perabaan.
2.
Warna ekteremitas membaik.
3.
Pengurangi nyeri otot pada saat
latihan.
4.
Ekstremitas hangat pada perabaan.
5.
Warna ekteremitas membaik.
6. Pengurangi
nyeri otot pada saat latihan.
|
1. Menurunkan
ekstremitas dibawah jantung
2. Mendorong
latihan jalan sedang atau latihan ektremitas bertahap.
|
1.
Ekstermitas bawah yang tergantung
memperlancar suplai darah arteri.
2.
Latihan otot memperbaik aliran
darah dan sirkulasi kolateral.
|
2
|
Resiko
gangguan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan dapat Pencapaian/
mempertahankan intergritas jaringan.
1.
Menghindari trauma dan iritasi
kulit.
2.
Inspeksi setiap hari untuk adanya
cedera atau ulserasi.
|
1. Mengintruksi
cara menghindari trauma terhadap ekstrimitas
2. Diperingatkan
untuk menghindari garukan atau gosokan kuat.
|
1. Jaringan
dengan nutrisi buruk peka terhadap trauma dan infeksi bakteria.
2. Menggaruk
dan menggosok dapat menyebabkan abrasi kulit dan invasi bakteri.
|
D.
Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang
telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan kriteria proses : Bekerja
sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan kolaborasi dengan
profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien, mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
E.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisidata dasar serta perencanaan.
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisidata dasar serta perencanaan.
Dari dua diagnosa diatas dapat disimpulkan :
1.
Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan gangaguan sirkulasi
S
: klien mengatakan nyeri ototnya sudah berkurang
O
: cyanosisnya tampak berkurang
A
: masalah teratasi sebagian
P
: lanjutkan intervensi
2.
Resiko gangguan integritas kulit b.d gangguan
sirkulasi
S
: klien mengatakan kulitnya terasa nyaman
O
: ulkus pada kulit klien tampak mengering
A
: masalah teratasi sebagian
P
: lanjutkan intervensi
COMMENTS