IMUNOKIMIA DEFINISI IMUNOKIMIA Berikut ini definisi imunokimia : - Imunokimia merupakan ilmu yang mempelajari system kekebal...
IMUNOKIMIA
DEFINISI IMUNOKIMIA
Berikut ini
definisi imunokimia :
- Imunokimia merupakan ilmu yang mempelajari system
kekebalan tubuh.
- Imunokimia merupakan Ilmu yg berhubungan
dng aspek kimia imunologi dan gabungan
antara teknik biokimia dan imunologi
- Imunokimia adalah cabang dari
imunologi yang berbicara tentang sistem kekebalan
- Imunokimia adalah suatu
kajian imunologi yang berfokus pada level kimia/ biokimia dan menerangkan
secara rinci molekul -molekul dan reaksi- reaksi yang terlibat dalam sistem
kekebalan, ini berkembang pesat dengan adanya teknik laboratorium canggih (RIA,
ELISA, Immunochemistry, dll).
SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas )
adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit,
serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap
dapat berfungsi seperti biasa.
JENIS – JENIS SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan Asalnya
Sistem Kekebalan
Tubuh Berdasarkan Asalnya terdiri atas 2 yakni :
-
Kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh bawaan / Kekebalan tubuh alami)
-
Kekebalan Spesifik (Kekebalan adaptif / Kekebalan tubuh buatan )
Kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh
bawaan / Kekebalan tubuh alami)
Kekebalan tubuh nonspesifik adalah
bagian dari tubuh kita yang telah ada sejak kita lahir.
Ciri-cirinya yakni
-
Sistem ini tidak selektif,artinya semua benda asing yang masuk ke dalam
tubuh akan diserang dan dihancurkan tanpa seleksi
-
Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yan terjadi sebelumnya
-
Eksposur menyebabkan respon maksimal segara
-
Sistem ini memiliki komponen-komponen yang mampu menangkal benda masuk
ke dalam tubuh, yakni :
Rintangan Mekanis. Rintangan mekanis merupakan system
pertahanan tubuh yang pertama dan umumnya terletak di bagian permukaan tubuh.
Rintangan mekanis ini terdiri atas :
1.Kulit :
Terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudah ditembus oleh benda asing kecuali
jika kulit dalam keadaan terluka.Asam lemak dan keringat yang dihailkan oleh
kelenjar di kulit juga akan mencegah benda asing masuk ke dalam tubuh.
2.Selaput Lendir :
Merupakan hasil sekresi dari sel yang terdapat di sepanjang saluran pernapasan
dan saluran pencernaan.Pada saluran pernapaan, selaput lendir berfungi dalam
menangkap bakteri / benda asing yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan. Contoh : Selaput lender pada hidung. Selaput lender pada
saluran pencernaan berfungsi sebagai rintangan yang melindungi sel diluar
system pencernaan.
3.Rambut-rambut
halus : Sebagian besar terdapat pada saluran pernapasan. Contoh :
di hidung,rambut-rambut halus berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk
melalui hidung.
Rintangan Kimiawi
1.Hasil Sekresi berperan
untuk membunuh benda asing dengan menggunakan zat kimia dan enzim.
2.Bakteri yang terdapat
di permukaan tubuh ( bakteri nonpatogen ) berfungsi untuk menekan pertumbuhan
bakteri patogen yang akan masuk ke dalam tubuh.
3.Sel Darah Putih
merupakan system pertahanan tubuh kedua. Apabila benda asing berhasil melewati
system pertahanan pertama dan masuk ke dalam tubuh,maka sel darah putih akan
mencegah benda asing masuk lebih jauh lagi ke dalam tubuh. Sel darah putih akan
menghancurkan setipa benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan cara fagositosis. Berikut ini mekanisme
fagositosis yakni :
1.Mikroba menempel ke
fagosit.
2.Fagosit membentuk
pseudopodium yang menelan mikroba
3.Vesikula fagositik
bersatu sengan lisosom
4.Mikroba dibunuh oleh
enzim dalam fagolisosom
5.Sisa-sisa mikroba
dikeluarkan lewat eksotisosis
4.Sel Natural Killer
merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta
sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkanya system kekebalan adaptif.
Sel ini membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan melepaskan
senyawa kimia preforin.
5.Protein Komplemen
merupakan protein darah yang berfungsi membantu system pertahanan sel darah
putih.Protein komplemen membantu system kekebalan tubuh dengan cara :
1.Menghasilkan opsonin
,kemotoksin, dan kinin. Opsonin untuk mempermudah terjadinya fagositosis.
Kemotoksin berfungsi sebagai penarik sel darah putih menuju ke infeksi ,
sedangkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
2.Berperan dalam proses
penghancuran membrane sel mikroorganisme yang menyerang tubuh.
3.Menstimulasi sel darah
putih agar menjadi lebih aktif.
Sistem
complement :
Sistem komplemen
menjembatani antara innate dan acquired immunity melalui :
◦
Memperbesar respons antibody (Ab) responses dan immunologic memory
◦
Melisiskan selsel asing
◦
Membersihkan kompleks imun dan sel yg mengalami apoptosis.
◦
Komponen- komponen komplemen mempunyai banyak fungsi biologis (a,l.
Stimulasi proses chemotaxis, memicu degranulasi sel mast tanpa tergantung
pada IgE).
Aktivasi
komplemen: Terdapat 3 jalur pengaktifan komplemen:
◦
Classical
◦
Lectin
◦
Alternative
Classical
pathway
- Aktivasi dependen thd Ab, terjadi
bila C1 berinteraksi dengan Ag-IgM atau aggregated Ag-IgG complexes, atau
Ab-independent, yg terjadi bila polyanion (eg, heparin, protamine, DNA
dan RNA dari sel apoptotic), gram-negative bacteria, atau terikat pada
C-reactive protein yg bereaksi langsung dengan C1.
-
Pathway ini diregulasi oleh C1 inhibitor (C1-INH).
Lectin
pathway
-
Aktivasi adalah Ab-independent; yang terjadi bila mannose-binding
lectin (MBL), suatu protein serum, terikat pada gugus manosa atau
fruktosa pada dinding sel bakteri, dinding sel ragi (yeast), atau virus.
-
Secara fungsionil dan struktural jalur ini menyerupai jalur klasik.
Alternate
pathway
-
Aktivasi terjadi bila komponen permukaan sel mikroba (a.l., yeast walls,
bacterial cell wall lipopolysaccharide [endotoxin]) atau Ig (a.l., nephritic
factor, aggregated IgA) memecah sebagian kecil C3.
-
Jalur ini diregulasi oleh properdin, factor H, dan decay-accelerating
factor.
-
Ke 3 jalur itu kemudian akan mengerucut menjadi suatu jalur final
bersama bilamana C3 convertase memecah C3 menjadi C3a dan C3b
-
Pemecahan C3 akan menghasilkan pembentukan membrane attack
complex (MAC), yg merupakan komponen sitotoksik sistem komplemen. MAC
menyebabkan lysis dari sel-sel asing.
6.Interferon merupakan sel
yang berperan dalam mensekresikan sekumpulan protein saat tubuh kita terserang
virus. Interferon akan bertindak sebagai antivirus dan bereaksi sengan sel yang
belum terinfeksi oleh virus. Interferon juga dapat merangsang limfosit untuk
mengahncurkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus.
Kekebalan Spesifik (Kekebalan adaptif /
Kekebalan tubuh buatan )
Kekebalan tubuh spesifik adalah
system kekebalan yang diaktifkan oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan
system pertahanan tubuh yang ketiga.
Ciri-cirinya yakni :
-
Bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
-
Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis
benda asing
-
Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya
-
Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia ( antibody )
-
Perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal
Komponen yang terlibat dalam
kekebalan tubuh spesifik adalah :
1.Antigen merupakan zat kimia
asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat merangsang terbentuknya
antibody.Antigen memiliki struktur tiga dimensi sengan dua atau lebih
determinant site. Determinant site merupakan bagian dari antigen yang dapat
melekat pada bagian sisi pengikatan pada antibody.Antigen dapat berupa protein
,sel bakteri,atau zat kimia yang dikeluarkan mikroorganisme. Jenis –jenis
antigen yakni :
Heteroantigen : antigen yang
berasal dari spesies lain
Isoantigen
: Antigen dari spesies sama tetapi struktur genetiknya berbeda.
Autoantigen :
Antigen yang berasal dari tubuh itu sendiri.
2.Hapten merupakan suatu
determinant site yang lepa dari struktur antigen. Hapten hanya dapat berikatan
dengan antibody apabila disuntikkan ke dalam tubuh.
3.Antibodi ( Imunoglobulin / Ig)
merupakan zat kimia( protein plasma ) yang dapat mengidentifikasi antigen.
Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B. Ketika sel limfosit B mengidentifikasi
antigen,dengan cepat sel akan bereplikasi untuk menghasilkan sejumlah besar sel
plasma.Sel plasma lalu akan menghasilkan antibody dan melepaskanya ke dalam
cairan tubuh. Sel limfosit B juga menghasilkan sel memori B, dengan struktur
yang sama dengan sel limfositB,dan dapt hidup lebih lama daripada sel plasma.
A. Antibody Poliklonal : Antibodi
dihasilkan di dalam tubuh secara alami yang dibentuk merupakan klon dari
sel-sel limfosit dan umum .
B. Antibodi
monoclonal : Antibodi yang dibentuk di luar tubuh melalui fusi
sel. Merupakan hasil pengklonan satu sel hibridoma.Berfungsi untuk mendiagnois
penyakit kanker dan hepatisis.
Antibodi memiliki struktur seperti
huruf Y dengan dua lengan dan satu kaki.Lengan tersebut dinamakan antigen
binding site,yakni tempat melekatnya antigen.Molekul antibody dapat dikelompokkan
menjadi lima kelas yakni, IGg, IgA, IgM, IgD,
IgE.
Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan
Mekanisme Kerjanya
Sistem kekebalan tubuh berdasarkan mekanisme kerjanya
terbagi 2,yaitu :
Imunitas humoral
Imunitas humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh molekul
di dalam darah, yang disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B
limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di di
luar sel (berada di cairan atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali
benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan
molekul yang akan menempel di suatu molekul spesifik (antigen) di permukaan
benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing tersebut
sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel
fagosit.
Imunitas selular
Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh
molekul-molekul protein yang tersimpan dalam limfa dan plasma darah. Imunitas
ini dimediasi oleh sel T limfosit. Mekanisme ini ditujukan untuk benda asing
yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat
dilekati oleh antibodi. T limfosit kemudian akan menginduksi 2 hal:
(1) fagositosis benda asing tersebut oleh sel yang
terinfeksi,
(2) lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut
terbebas ke luar sel dan dapat di dilekati oleh antibodi.
FUNGSI DAN PERAN IMUNOKIMIA
Fungsi Imunokimia. Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia
masuknya benda asing. contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. Setelah
itu, dibahas juga reaksi- reaksi yang terjadi di dalamnya.
Peran Imunokimia. Beberapa contoh peran imunokimia yakni
1. Antibodi adalah imunoglobulin,
suatu glikoprotein. dalam biokimia, gena adalah DNA, suatu polinukleotida.
2. Interaksi antigen antibodi
merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi enzim
dengan substratnya. Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim.
3. Pemberian transfusi darah yang
tidak sesuai akan menimbulkan hemolisis,, koagulasi.
Klasifikasi Imunoglobulin
1.
Imunoglobulin g
- igg mempunyai struktur dasar
imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat h dan 2 rantai ringan l. Igg
manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 s dengan berat molekul sekitar
150.000. Pada orang normal igg merupakan 75% dari seluruh jumlah imunoglobulin.
- Imunoglobulin g terdiri dari 4
subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang tidak banyak, dengan
perbandingan jumlahnya sebagai berikut: igg1 40-70%, igg2 4-20%, igg3 4-8%, dan
igg4 2-6%. Masa paruh igg adalah 3 minggu,
- igg merupakan antibodi dominan
pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang penting melawan bakteti dan
virus. Ini merupakan satu-satunya antibodi yang mampu melintasi plasenta,oleh
karena itu merupakan imunoglobulin yang paling banyak ditemukan pada bayi yang
baru lahir.
- igg lebih mudah menyebar ke dalam
celah-celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan utama menetralisis toksin
kuman dan melekat pada kuman sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja
system komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut igg1, igg2, igg3 dan igg4.
2.
Imunoglobulin m
- secara diagnostik bermanfaat
karena kehadiran igm umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen
yang menyebabkan pembentukannya.
- igm berfungsi sebagai reseptor
permukaan sel b untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap
awal respons sel plasma. Igm sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi
sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam
darah maka igm merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia.
- ini merupakan imunoglobulin yang
efisien dalam proses aglutinasi fiksasi komplemen dan reaksi antigen-antibodi
lainnya serta penting juga dalam menjadi pertahanan dalam melawan bakteri dan
virus.
- imunoglobulin m merupakan 10%
dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan koefisien sedimen 19 s dan berat
molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah
karbohidrat. Antibodi igm adalah antibodi yang pertama kali timbul pada respon
imun terhadap antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara alami.
Gabungan antigen dengan satu molekul igm cukup untuk memulai reaksi kaskade
komplemen.
3.
Imunoglobulin a (iga)
- adalah imunoglobulin utama dalam
sekresi selektif, misalnya pada susu, air liur, air mata dan dalam sekresi
pernapasan, saluran genital serta saluran pencernaan atau usus (corpo
antibodies). Imunoglobulin ini melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri
dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara iga dengan lisozim dan komplemen
untuk mematikan kuman koliform. Juga kemampuan iga melekat pada sel polimorf
dan kemudian melancarkan reaksi komplemen melalui jalan metabolisme alternatif.
- iga dihasilkan paling banyak
dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan
suatu zat protein khusus, disebut secretory component, oleh sel-sel dalam
membrane mukosa.
- fungsi utama iga adalah untuk
mencegah perluasan virus dan bakteri ke permukaan epitel.
- fungsi iga setelah bergabung
dengan antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya
mikroorganisme pada sel mukosa.
4.
Imunoglobulin d
- konsentrasi igd dalam serum
sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif
terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000
dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama igd belum diketahui tetapi
merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit b bersama igm dan diduga
berperan dalam diferensiasi sel ini.
- imunoglobulin ini tidak
mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat menembus plasenta. Igd terutama
ditemukan pada permukaan sel b, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel b menjadi
plasma dan sel b memori. Ini juga terjadi pada beberapa sel leukemia limfatik.
Di dalam serum immunoglobulin ini hanya terdapat dalam jumlah sedikit.
5. Imunoglobuline
(ige)
- didalam serum ditemukan dalam
konsentrasi sangat rendah. Ige apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat
pada mast cells dan basofil. Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi
dari mast cells dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. Ige yang terikat
ini berlaku sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks
antigen-antibodi yang dihasilkan memicu respon alergi anafilaktik melalui
pelepasan zat perantara.
- pada orang dengan
hipersensitivitas alergi berperantara antibodi, konsentrasi ige akan meningkat
dan dapat muncul pada sekresi luar. Ige serum secara khas juga meningkat selama
infeksi parasit cacing.
- dihasilkan pada saat respon
alergi seperti asma dan biduran. Peranan ige belum terlalu jelas. Di dalam
serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena
infeksi parasit tertentu, terutama yang disebabkan oleh cacing. Ige berukuran
sedikit lebih besar dibandingkan dengan molekul igg dan hanya mewakili sebagian
kecil dari total antibodi dalam darah
Fungsi Imunoglobulin. Imunoglobulin mempunyai banyak fungsi,
beberapa diantaranya adalah
1. Mengikat antigen, yang
dilakuakan lewat perantaraan fragmen fab, khususnya pada daerah variabel dari
rantai h dan l.
2. Dua ciri utama imunoglobulin
(ig) adalah specifitiy (kekhususan/ spesifitas) dan diversity (keanekaragaman).
Spesifitas berkaitan dengan kemampuan ig tertentu untuk berinteraksi dengan
antigen tertentu. Karena terdapat antigen dalam jumlah banyak dan beraneka
ragam, diperlukan juga ig dlama jumlah banyak dan beranekaragam.
3. Fungsi biologis lain yang
dilakukan lewat perantaraan fc. Fungsi biologis ini antara lain adalah
pengikatan komplemen, fasilitas fagositosis, fiksasi pada kulit dan
pengangkutan melewati barier plasenta.
LAPISAN PELINDUNG PADA IMUNITAS
Sistem kekebalan
tubuh melindungi organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung kekhususan yang meningkat.
Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan virus memasuki tubuh.
Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan menyediakan
perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun bawaan
ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang. Namun, jika patogen berhasil melewati respon
bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem imun adaptif
yang diaktivasi oleh respon bawaan. Disini, sistem imun mengadaptasi respon
tersebut selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen tersebut. Respon ini
lalu ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologikal
dan menyebabkan sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan
yang lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan.
Komponen
Imunitas
|
|
Respon tidak spesifik
|
Respon spesifik patogen dan antigen
|
Eksposur menyebabkan respon
maksimal segara
|
Perlambatan waktu antara eksposur
dan respon maksimal
|
Komponen imunitas
selular dan respon imun humoral
|
Komponen imunitas
selular dan respon imun humoral
|
Tidak ada memori imunologikal
|
Eksposur menyebabkan adanya
memori imunologikal
|
Ditemukan hampir pada semua
bentuk kehidupan
|
Hanya ditemukan pada Gnathostomata
|
Baik imunitas bawaan dan adaptif
bergantung pada kemampuan sistem imun untuk memusnahkan baik molekul sendiri
dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah komponen tubuh
organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem imun. Sebaliknya,
molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu
kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen
(kependean dari generator antibodi) dan dianggap sebagai bahan
yang menempel pada reseptor imun spesifik dan
mendapatkan respon imun
MEMORI IMUNOLOGIKAL
Ketika sel B dan sel T diaktivasi
dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi memori
sel yang hidup lama. Selama hidup binatang, memori sel tersebut akan mengingat
tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen
terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu
sebagai adaptasi infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas
untuk tantangan pada masa depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori
jangka pendek pasif atau memori jangka panjang aktif.
MEMORI PASIF
Imunitas pasif
biasanya berjangka pendek, hilang antara beberapa hari sampai beberapa bulan.
Bayi yang baru lahir tidak memiliki eksposur pada mikroba dan rentan terhadap
infeksi. Beberapa lapisan perlindungan pasif disediakan oleh ibu. Selama kehamilan,
tipe antibodi yang disebut IgG, dikirim dari ibu ke bayi secara langsung
menyebrangi plasenta,
sehingga bayi manusia memiliki antibodi tinggi bahkan saat lahir, dengan
spesifisitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya. Air
susu ibu juga mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi
bayi terhadap infeksi bakteri sampai bayi dapat mengsintesiskan antibodinya
sendiri. Imunitas pasif ini disebabkan oleh fetus yang tidak
membuat memori sel atau antibodi apapun, tetapi hanya meminjam. Pada ilmu
kedokteran, imunitas pasif protektif juga dapat dikirim dari satu individu ke
individu lainnya melalui serum kaya-antibodi.
Lama waktu respon imun dimulai
dengan penemuan patogen dan menyebabkan formasi memori imunologikal aktif.
MEMORI AKTIF DAN IMUNISASI
Memori aktif
jangka panjang didapat diikuti dengan infeksi oleh aktivasi sl B dan T.
Imunitas aktif dapat juga muncul buatan, yaitu melalui vaksinasi.
Prinsip di belakang vaksinasi (juga disebut imunisasi)
adalah ntuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk menstimulasikan sistem imun dan
mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen tanpa menyebabkan penyakit yang
berhubungan dengan organisme tersebut. Hal ini menyebabkan induksi respon imun
dengan sengaja berhasil karena mengeksploitasi spesifisitas alami sistem imun.
Dengan penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian pada
populasi manusia, vaksinasi muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia yang
paling efektif.
Kebanyakan
vaksin virus berasal dari selubung virus, sementara banyak vaksin bakteri
berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme,
termasuk komponen toksin yang tidak melukai. Sejak
banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat menyebabkan
respon adaptif, kebanyakan vaksin bakter disediakan dengan penambahan ajuvan yang mengaktifkan
sel yang memiliki antigen pada sistem imun bawaan dan memaksimalkan imunogensitas.
GANGGUAN PADA IMUNITAS
Sistem imun
adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan
pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori: defisiensi imun,
autoimunitas, dan hipersensitivitas.
DEFISIENSI IMUN
Defisiensi imun muncul
ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif. Kemampuan sistem imun
untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golongan tua,
dengan respon imun mulai untuk berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena immunosenescence.
Di negara-negara berkembang, obesitas, penggunaan alkohol dan narkoba adalah
akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk. Namun, kekurangan nutrisi adalah
akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang. Diet
kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular,
aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin.
Defisiensi nutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B6, dan asam folik
(vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Defisiensi imun
juga dapat didapat Chronic
granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk
menghancurkan fagosit berkurang, adalah contoh dari defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan
defisiensi imun dapatan.
AUTOIMUNITAS
Respon imun
terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas.
Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan
diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh. Dibawah keadaan sekitar yang
normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi dengan peptid sendiri. Satu fungsi sel
(terletak di thymus dan sumsum
tulang) adalah untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen sendiri yang
diproduksi pada tubuh dan untuk membunuh sel tersebut yang dianggap antigen
sendiri, mencegah autoimunitas.
HIPERSENSITIVITAS
Hipersensitivitas
adalah respon imun yang berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang
ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas
sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan
dengan alergi.
Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas
tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari mastosit dan basofil.
Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel
pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut
hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.Kompleks imun (kesatuan
antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ada pada berbagai jaringan
yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III. Hipersensitivitas tipe IV
(juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga
hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan
penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis.
Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofaga.
PERTAHANAN DAN MEKANISME LAINNYA
Sistem imun
bangun dengan vertebrata pertama, sementara invertebrata
tidak menghasilkan limfosit atau respon humoral yang berdasarkan antibody.
Namun, banyak spesies yang memanfaatkan mekanisme yang muncul sebagai tanda
aspek imunitas vertebrata tersebut. Imunitas muncul pada bentuk kehidupan yang
paling sederhana, dengan bakteri menggunakan mekanisme pertahanan unik yang
disebut sistem
modifikasi restriksi untuk melindungi diri mereka dari patogen virus yang
disebut bakteriofag.
Reseptor
pengenalan susunan adalah protein yang digunakan oleh hampir semua
organisme untuk mengidentifikasi molekul yang berhubungan dengan patrogen
mikrobial. Peptid antimikrobial
yang disebut defensin adalah komponen evolusioner sistem imun bawaan yang
ditemukan pada semua jenis binatang dan tumbuan, dan menampilkan bentuk utama
imunitas sistemik invertebrata. Sistem
komplemen dan sel fagositik juga dimanfaatkan oleh hampir semua bentuk
kehidupan invertebrata. Ribonuklease dan jalan gangguan RNA digunakan pada
semua eukariot,
dan diketahui memainkan peran pada respon imun terhadap virus dan material
genetika asing lainnya.
Tidak seperti
binatang, tanaman memiliki sedikit sel fagositik, dan kebanyakan respon imun
tumbuhan melibatkan sinyak sistemik bahan kimia yang dikirim melalui tanaman.
Ketika bagian dari tumbuhan terinfeksi, tumbuhan memproduksi respon hipersensitif,
untuk sel pada tempat infeksi mengalami apoptosis
cepat untuk mencegah penyebaran penyakit terhadap bagian lain tumbuhan. Perlawanan
sistemik dapatan adalah tipe respon pertahanan yang digunakan oleh tumbuhan
yang mengubah seluruh tumbuhan melawan pada penyebab infeksi. Mekanisme menghilangkan RNA sangat
penting pada sistem respon karena mereka dapat menghalangi replikasi virus.
IMUNOLOGI TUMOR
Makrofaga
telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan
sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang
akan membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan
salah satu hal yang diteliti oleh penelitian medis.
Peran penting
imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor
menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun,
antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan
sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki
beberapa sumber; beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus,
yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya adalah
protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal
tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika
ditunjukan pada tingkat tinggi, mengubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang
disebut melanoma.[72][73]
Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal
penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya
bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga
meningkatkan keganasan sel tumor. Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama
sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan
sel T pembunuh, kadang-kadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada
pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini
menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK
juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor
memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada
keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor. Terkadang
antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh
sistem komplemen.
Beberapa tumor
menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker. Sel
tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan
mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel
tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan
mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan
limfosit.
Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem
imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat
meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang menarik
makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang
memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin
diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein
yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Imunopatologi Web:
“Imunokimia” (Diakses Apil 11, 2012).
Guyton and
Hall,1997, Fisiologi Kedokteran,Edisi 9, EGC:Jakarta
Isnaeni, Wiwi.
2006. Imunologi. Kanisius:Yogyakarta
http://aviramadhani.blogspot.com/2010/04/imunokimia.html(Diakses
Apil 11, 2012).
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/1746654-imunokimia-imunoglobulin/#ixzz1rtLpUOXc(Diakses
Apil 11, 2012).
http://pewezone.blogspot.com/2008/07/imunokimia-merupakan-ilmu-yang.html(Diakses
Apil 11, 2012).
http://oktavia-nurse.blogspot.co.id/2012/04/makalah-imunokimia.html
COMMENTS