BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pernapasan adalah salah satu bagian utama yang memiliki peranan penting bagi kelang...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah salah satu bagian utama yang memiliki peranan
penting bagi kelangsungan hidup setiap individu. Mekanisme yang bertujuan
memenuhi kebutuhan oksigen bagi tubuh merupakan fungsi sistem ini. Dalam
menjalankan peranannya sistem pernapasan disokong oleh kondisi anatomis dan
fisiologis dari masing-masing organ / bagiannya. Pada keadaan tertentu yang
menyebabkan perubahan negatif pada masing-masing bagian, secara otomatis akan
menyebabkan tergangunya fungsi utama yang vital dan menunjang kelangsungan hidup
individu tersebut. Dari berbagai jenis gangguan pada sistem pernapasan
tersebut, atelektasis merupakan salah satu gangguan yang menyerang sistem
pernafasan khususnya bagian bawah dan seringkali mengakibatkan kolaps paru yang
berakibat fatal dan mengancam kehidupan.
Pada tahun 1980, penderita
atelektasis diketahui telah menyebar keseluruh provinsi di Indonesia. Insiden terbesar
terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence
Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun
tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu
15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun
2003).
Untuk itu penyakit ini sangatlah penting di pelajari dan di pahami agar jumlah
penderita atelektasis dapat di minimumkan.
Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan yang
memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien dan keluara, sehingga fungsi dan
peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperwatan terhadap
penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan
mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko
maupun komplikasi yang mungkin muncul dari atelektasis tersebut. Dari uraian di atas,
mengingat betapa banyaknya penderita yang mengalami penyakit ateleksis yang
tidak bisa dipandang sebelah mata, betapa pentingnya peran perawat sebagai salah
satu tenaga yang memberikan pelayanan kesehatan yang dapat andil dalam
kesehatan masyarakat, maka kelompok
penulis mencoba mengangkat masalah tentang Atelektasis.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umun
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Atelektasis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti seminar mahasiswa mampu menelaskan kembali tentang :
a. Anatomi
Fisiologi Sistem Pernapasan.
b. Konsep Dasar
Penyakit Atelektasis.
c. Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan ; Atelektasis.
C. Ruang
Lingkup Penulisan
Karena luasnya ruang lingkup
masalah tentang Atelektasis ini, maka
kelompok penulis membatasi
isi pembahasan hanya pada konsep Atelektasis serta asuhan keperawatannya.
D. Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari
literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai
pelengkap.
E. Sistematika Penulisan
Makalah
ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
Bab
I : Pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab
II : Landasan teoritis
yang terdiri dari anatomi dan fisiologi sistem respirasi
dan konsep dasar penyakit Atelektasis serta konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Respirasi :
Atelektasis.
Bab
III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar
pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Review Anatomi Fisiologi
Sistem Pernapasan
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup oksigen serta menghembuskan karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Pengisapan
ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Oksigen dan
karbondioksida itu di proses dalam organ pernafasan.
Gambar 2.1
Anatomi Saluran Pernafasan
1. Anantomi fisiologi pernafasan atas
a.
Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama yang
mempunyai dua lubang ( kavum nasi ), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi
). Didalamnya terdapat bulu – bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran yang masuk ke lubang hidung.
b.
Sinus paranasal
Terdiri dari sinus frontalis, etmoidalis,
sphenoidalis dan maxillaris yang bermuara di rongga hidung. Sinus paranasal ini
berfungsi untuk membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat
tulang tengkorak, dan mengatur bunyi suara dengan ruang – ruang resonansi.
c.
Faring
Faring / tekak merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernafasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring berfungi
untuk menelan dan respirasi.
2.
Anatomi fisiologi
pernafasan bawah
a.
Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran
udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya.
Pangkal tenggorok itu dapat ditutup oleh sebuah empeng tenggorok yang disebut
epiglotis yang terdiri dari tulang – tulang rawan yang berfungsi pada waktu
kita menelan makanan menutupi laring. Laring berfungsi untuk pembentukan suara.
b.
Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari
laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang – tulang grawan yang terbentuk seperti kuku kuda. Terdapat
sel bersillia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda – benda asing yang masuk
bersama – sama dengan udara pernafasan.
c.
Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan
dari trakea, mempunyaistruktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dari bronkus kiri terdiri 6 – 8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari kanan
terdiri dari 9 – 12 cincin mempunyai 2 cabang.
B.
Konsep Dasar Penyakit
Atelektasis
1.
Pengertian
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana
paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis disebut juga Kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang
kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam
pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang
tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth
J.Corwin , 2009)
Atelektasis adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada
bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. (KeperawatanMedikalBedah,vol.2,penerbit
buku kedokteran.EGC.2002).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan
kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna, tepatnya pada
alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung udara.
2.
Klasifikasi Atelektasis
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009), Klasifikasi atelektasis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Atelektasis Obstruktif (resorbsi)
Terjadi
karena obstruksi total saluran napas sehingga udara tidak dapat masuk ke
parenkim distal, akibatnya oksigen yang terjerat akan diabsorbsi di dalam
alveoli. Jaringan paru yang terkena atelektasis akan kolaps, tetapi aliran darah
melalui jaringan ini tidak terganggu. Kemudian semenjak volume paru mengecil,
maka mediastinum akan tertarik ke arah jaringan paru yang mengalami
atelektasis. Secara prinsip, atelektasis resorpsi disebabkan oleh :
1) Sekresi
berlebihan misalnya gumpalan lendir, atau eksudat dalam bronkioli dan sering
ditemukan pada penyakit asma bronkial, bronkitis kronik, bronkiektasis, dan
keadaan-keadaan post operasi.
2) Aspirasi
benda-benda asing
3) Neoplasma di dalam saluran bronkial dapat
menyebabkan obstruksi subtotal.
b. Atelektasis Kompresi
Yaitu
atelektasis yang terjadi akibat penekanan terhadap substansi paru. Dapat
terjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan eksudat
cairan, darah, tumor, atau udara (pneumotoraks), atau dengan pneumotoraks
‘tension’ bilamana tekanan udara masuk dan mengancam fungsi paru-paru serta
mediastinum.
Bentuk
atelektasis kompresi biasanya dijumpai pada penyakit payah jantung dengan efusi
pleura, dan pada penderita yang mengalami efusi pleura akibat mengidap penyakit
neoplasma (tumor). Selain itu, pada penyakit peritonitis atau abses
subdiafragma daoat menyebabkan diafragma terangkat ke atas dan mencetuskan
terjadinya atelektasis basal. Pada atelektasis kompresi mediastinum bergerak
menjauhi atelektasis.
3. Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah
penyumbatan bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang
lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor
atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat
oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar
getah bening.
Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di
dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut
dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel
darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Atelektasis
merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan :
a.
Bronkus tersumbat
Penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing,
cairan sekresi yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari
luar bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus,
kelenjar membesar).
b.
Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian
diafragma, herniasi alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks
tepe ekstrapulmuner (tumor mediastinum).
c.
Paralisis atau paresis
gerak pernapasan,
Menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada
kasus poliomiolitis dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu
akan mempengaruhi kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan
penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
d.
Hambatan gerak
pernapasan
Kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit.
Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat
memperhebat terjadinya atelektasis.
Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps alveolar
terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan
jelas.Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak
berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam rongga
pleura. Pada kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan
perawatan yang tepat.
4. Manifestasi
Klinik
Menurut Paula Krisanti (2009), tanda dan gejala
yang timbul pada penyakit atelectasis adalah :
a. Dyspnea berat.
b. Sianosis.
c. Nyeri dada.
d. Takikardi.
e. Dapat mengeluh napas pendek, sesak dan
kelemahan.
f. Ansietas
g. Pemeriksaan auskultasi menunjukkan penurunan
bunyi napas.
5.
Patofisiologi
Pada
atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke
dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan.Udara yang sudah terdapat
dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah
dan alveolus kolaps. Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi
bronkus intrinsik atau ekstrinsik.Obstruksi bronkus intrinsik paling sering
disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan.Tekanan ekstrinsik pada
bronkus biasanya disebabkan oleh pembesaran kelenjar getah benih.
Mekanisme
pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas saluran nafas
bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi terjadinya
obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang beperan
yaitu silia
yang dibantu oleh batuk untuk memindahkan sekret yang berbahaya ke dalam
faring posterior. Mekanisme lain yang bertujuan mencegah
atelektasis adalah ventilasi kolateral. Hanya inspirasi dalam saja yang efektif
untuk membuka pori-pori Kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam
alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan (dalam keadaan normal absorpsi
gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah
sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2
yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan).
6.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Paula Krisanti (2009), pemeriksaan
penunjang yang muncul pada pasien atelektasis yaitu :
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Radiologi Konvensional
Pemeriksaan X – Ray terlihat paru menyusut.
2) Computed Tomography Scan (CT-SCAN)
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisa Gas darah : Po2
: 35
mmHg
Pco2
: 49 mmHg
7.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak
dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
a.
Berbaring
pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
b.
Menghilangkan
penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
c.
Latihan
menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
d.
Perkusi
(menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
e.
Postural
drainase
f.
Antibiotik
diberikan untuk semua infeksi
g.
Pengobatan
tumor atau keadaan lainnya
h.
Pada
kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena
mungkin perlu diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara
bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau
tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah
atau tindakan sebagai berikut:
1.
Medis
a. Pemeriksaan
bronkoskopi
b. Pemberian
oksigenasi
c. Pemberian
terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
d. Fisioterafi
(masase atau latihan pernapasan)
e. Pemeriksaan
bakteriologis
2. Keperawatan
a.
Teknik batuk efektif
b.
Pegaturan posisi secara teratur
c.
Melakukan postural drainase dan perkusi dada
d.
Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
8. Komplikasi
Pada
pasien yang mengalami penyakit atelektasis sering kali
dapat menimbulkan beberapa penyakit, diantaranya:
a.
Pneumothoraks
Pneumothoraks
adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke dalam rongga
pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar
masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui
mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
b.
Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis
dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal
(perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
materi diatas, dapat disimpulkan atelektasis
merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan
bronkus. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya
gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau
bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau
pembesaran kelenjar getah bening. tanda dan gejala yang timbul pada penyakit atelectasis Dyspnea
berat, Sianosis, Nyeri dada, Takikardi, Dapat mengeluh napas pendek, sesak,
lemah.
Ansietas, dan
saat Pemeriksaan auskultasi menunjukkan penurunan bunyi napas. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit atelektasis lebih difokuskan pada menghilangkan
penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya, pencapaian tujuan dan hasil asuhan keperawatan seiring dengan optimalnya
kinerja fungsi paru.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan khususnya
pada klien dengan penyakit atelektasis. Saran-sarannya antara lain sebagai berikut :
1.
Perawat
Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien hendaknya seorang perawat selalu berlandaskan
pada konsep teoritis yang sesuai dengan masalah yang dihadapi tanpa mengabaikan
kondisi klien itu sendiri dan hendaknya seorang perawat selalu menjadikan
hal-hal baru yang terkait dengan penyakit atelectasis yang didapatnya sebagai pelajaran. Jika masalah yang
timbul pada penderita atelektasis tidak seperti apa yang ada di asuhan keperawatan secara
teoritis, hendaknya perawat harus mampu untuk lebih mandiri dan tepat guna
dalam memecahkan masalah pasien khususnya pada penderita atelectasis sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan pasien pada saat melakukan asuhan keperawatan.
COMMENTS